Perspectives News

Wagub Sumbar Heran, Angka Prevalensi Stunting Bali Terendah Nasional, Sumbar Justru Naik

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS–  Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy mengaku heran dengan angka prevalensi stunting di Provinsi Bali yang terendah nasional sementara di Sumbar justru naik pada kurun waktu yang sama yakni di 2022.

“Bali ini hampir 2 tahun ekonominya hancur tapi kenapa stuntingnya turun. Jadi kami heran dan ingin sharing apa saja program yang dilakukan oleh Pemprov Bali sehingga angka prevalensi stunting bisa terendah nasional,” ungkap Audy Joinaldy saat studi banding ke Provinsi Bali, Jumat (10/2/2023).

Wagub Audy Joinaldy turut didampingi jajaran Satgas Percepatan Penurunan Stunting Sumbar saat beraudiensi dengan Wagub Bali Tjok. Oka Sukawati (Cok Ace) beserta jajaran Pemprov Bali di Kantor Gubernur Bali, Jumat (10/2/2023).

Wagub Audy Joinaldy menambahkan, tujuannya adalah untuk mengetahui kiat dan upaya Pemprov Bali dalam mempercepat penurunan angka stunting di Bali.

Seperti diketahui, Provinsi Bali memperoleh peringkat terbaik nasional di tahun 2022 terkait prevalensi stunting di Indonesia. Di 2022, angkanya hanya sekitar 8% yang menjadikan Provinsi Bali sebagai daerah dengan jumlah kasus balita kekurangan gizi terendah di Indonesia.

Sementara angka prevalensi Sumbar tahun 2022 naik menjadi 25,2 persen dari sebelumnya 23,3 persen di tahun 2021, jauh di atas prevalensi stunting nasional yang berada di angka 21,6 persen.

 “Di Bali tercatat bahkan melampaui target yang kami tentukan sebelumnya,” ungkap Wagub Bali, Cok Ace.

Ia juga menyampaikan, pada dasarnya Pemprov Bali melakukan upaya yang sama dengan daerah lainnya di Indonesia dalam upaya penurunan stunting. Namun yang berbeda, Pemprov Bali turut serta melibatkan masyarakat adat.

“Penurunan kasus stunting di Bali, kami juga banyak melibatkan masyarakat adat,” ungkap Cok Ace.

Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Nyoman Gede Anom.

Ia menyampaikan, pengaruh adat masih sangat kental di Bali sehingga interferensi juga difokuskan kepada masyarakat adat sampai tingkat dusun atau banjar melalui bendesa adat (ketua adat).

“Ada kearifan lokal yang benar-benar kita gunakan baik saat prenatal, natal dan postnatal,” ungkapnya.

Upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Bali ini menurutnya turut mempengaruhi prevalensi stunting di Bali karena secara tidak langsung gizi dan nutrisi anak dan remaja akan diawasi.  (zil)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama