DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Gubernur Bali Wayan Koster didampingi istri, Ny. Putri Koster nampak diantara ribuan penonton drama gong lawas paguyuban peduli seni, drama gong lawas Padsmagol Provinsi Bali, di Taman Budaya Art Center Provinsi Bali, Rabu (2/7/2025).
Drama gong yang diiringi oleh sekaha penabuh Drama Gong Lawas Paguyuban Peduli Seni Puri Gandapura Desa Kesiman, Kertalangu-Denpasar itu, mengambil tema "Sanan Tuak", yang mengangkat tentang "Merta Matemahan Wisia" yang menitikberatkan pada situasi di mana rezeki atau keuntungan yang seharusnya membawa kebaikan, justru berbalik menjadi bencana atau masalah.
Istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan orang yang tidak tahu berterima kasih, atau tidak bisa membalas budi baik orang lain, bahkan bisa merugikan pemberi bantuan tersebut.
Hal ini terdapat dalam cerita yang dibawakan oleh 21 pemain drama gong lawas, yang terdiri dari Sang Ayu Ganti, Sang Ayu Tirta, Luh Sasih Arini (Mongkeg), Nyoman Supadma, Anak Agung Kartika, Ida Bagus Raka Pujana (Komang Apel), Jro Dasaran Suyadnya, dan Dewa Ayu Yuniari. Nampak juga Ida Bagus Mambal, Gede Randana, Nyoman Lues, Wayan Suratni, Madya Yani, Gulik, Wayan Sudiantha, Wayan Pasta, Mangku Rai, Ajik Dolir, Ida Bagus Topok, Selamat, Jro Made Jani dan beberapa seniman pendukung lainnya.
Sekalipun kali ini mereka tampil tanpa kehadiran Nyoman Suberata (Petruk), namun pagelaran drama gong lawas, Paguyuban Peduli Seni Padsmagol tetap menyita perhatian ribuan penonton yang hadir langsung di areal panggung terbuka Ardha Candra, dan juga yang menyaksikan via YouTube.
Drama gong lawas di bawah pimpinan Anak Agung Gede Oka Aryana, menceritakan tentang seorang pemimpin yang kebijakannya dikendalikan oleh seorang patih culas, yang tidak segan membunuh orang disekitarnya yang tidak sesuai dengan kehendak dan rencana yang dimilikinya.
Drama gong yang mengisahkan tentang seorang Raja Surya Kencana yang sangat lalim dan kebijakannya dikendalikan oleh Ki Patih Agung, tidak segan untuk menyingkirkan orang puri yang mengetahui siasat busuknya, seperti Ki Patih Werdha dan Ki Dukuh Tanggun Titi.
Dengan perbuatan orang-orang puri, pemuda-pemuda desa pegatepan menghimpun diri. I Made Karuna dan Luh Santhi mengadakan sayembara dengan bantang arti sanan tuak, pemberian almarhum Ki Dukuh Tanggun Titi.
Dengan berbekal sanan tuak, I Made Karuna memberontak ke puri dan kejahatan Ki Patih Agung dapat dimusnahkan. Dan setelah kondisi kondusif, maka I Made Karuna dan Luh Santhi melangsungkan pernikahan.
Hal ini mendapat apresiasi penuh dari Gubernur Bali dan jajaran, karena seni merupakan kekayaan budaya Bali, yang hingga saat ini menjadi pondasi kuat tumbuh dan bertahannya warisan budaya dan kesenian di Bali.
Ketua Paguyuban Anak Agung Gede Oka Aryana mengungkapkan, pementasan drama gong ini dalam rangka menghimpun kembali seniman-seniman drama gong lawas. Selain itu, juga sebagai bentuk reuni, temu kangen, dan berharap kesenian drama gong bisa eksis kembali. (hum/lan)