Perspectives News

Pameran Seni Rupa “Reflection”, Disiapkan Sejak 2021, Baru Sekarang Terealisasi

 


Winnie Yamashita Rolindrawan menggunting untaian bunga saat membuka secara resmi pameran seni rupa “Reflection” di Santrian Art Gallery, Jumat (9/5/2025) malam didampingi Residen Manager Santrian Art Gallery Gusti Made Arta dan Kurator Dedi Yuniarto. (Foto: djo)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS – Pameran Seni Rupa bertajuk “Reflection” di Santrian Art Gallery Sanur, ternyata persiapannya dilakukan sejak tahun 2021 silam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pameran yang melibatkan sembilan seniman ini baru tergelar pada Jumat (9/5/2025).

Pandemi Covid-19 adalah satu faktor yang menyebabkan rentan waktu cukup lama dari persiapan hingga terselenggaranya pameran. Tetapi semua itu ada hikmah di baliknya, yakni persiapan yang makin matang dengan karya yang ditampilkan benar-benar berkualitas.

Pameran Seni Rupa “Reflection” berlangsung selama dua bulan dan akan ditutup dengan program peluncuran (launching) buku berjudul sama dengan tema pameran, “Reflection” pada 27 Juli 2025 mendatang.

Kurator Dedi Yuniarto mengatakan, tema Reflection yang ditawarkan kepada seniman muncul dari fenomena-fenomena yang dia rasakan pasca Pendemi Covid-19 dan fenomena alam yang dipercayainya dan dirasakan bersama yakni perubahan cuaca ekstrem yang sering terjadi di banyak negara.


Salah satu karya seni yang dipamerkan di Santrian Art Gallery, Jumat (9/5/2025) malam. (Foto: djo)

“Reflection yang kami maksudkan mencakup dua hal utama; pertama, refleksi dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri atau intrapersonal dan refleksi dalam hubungan manusia dengan alam,” ucap Dedi Yuniarto.

Dalam konteks refleksi intrapersonal, kata Dedi Yuniarto, dipahami sebagai kehidupan yang dibimbing melalui olahrefleksi, menyadari sepenuhnya dan fokus akan di mana dan bagaimana diri kita saat ini (hic et nunc atau here and now).

Selain itu, menjalani hidup sepenuhnya atau disebut mindfulness, yang dipraktikkan dengan cara hadir dan menyadari apa yang dilakukan.

“Refleksi intrapersonal ini sudah kami wujudkan dalam pameran berjudul ‘Hic et Nunc/Here and Now’ pada tanggal 4 Oktober - 4 November 2023 di Bottega & Artisan, Alam Sutera, Tangerang,” ujarnya.

Sementara materi pameran yang disajikan di Santrian Art Gallery dan dibuka oleh Winnie Yamashita Rolindrawan (pengacara & pecinta seni), merupakan ide refleksi yang kedua, yakni dalam hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya.

“Pameran ini kami beri tajuk ‘Reflection’. Tidak ada satu kata yang secara spesifik dapat menjelaskan makna dalam konteks ini. Maka kami merangkai tiga kata, yakni: ‘cerminan’, ‘lantunan’ (dialektika), dan ‘pemikiran’, yang ketiganya saling melengkapi,” ujarnya lagi.

Ia mengatakan manusia adalah cerminan dari eksistensi alam itu sendiri, sebab dari 118 elemen di bumi, sebanyak 21 elemen di antaranya terkandung di dalam tubuh manusia. Alam tidak semata material sebab di dalamnya terkandung aspek-aspek spiritual. Selama tubuh material manusia berinteraksi dengan tanah, air, udara, dan matahari, selama itu pula jiwa manusia mengalir meresapi alam semesta.

Hilangnya nilai-nilai spiritual dan ilahiah pada diri manusia, berarti hilang pula hakikat alam semesta. Hilang pula makna filosofis dan religius dari diri manusia dalam menjaga keseimbangan dialektis (lantunan) antara dirinya, Tuhan, dan alam semesta. Maka selanjutnya muncul berbagai pemikiran (diskursus) dalam rangka manusia menghayati keberadaannya di tengah-tengah alam semesta itu.

Adapun sembilan seniman yang terlibat dalam pameran di Santrian Art Gallery, yakni A. Priyanto ‘Omplong’,  Agung ‘Pekik’ Hanafi Purboaji, Dedy Sufriadi, Deskhairi, Hayatuddin,     Hono Sun, Riki Antoni, Robi Fathoni, dan Yudi Sulistyo. (djo)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama