
Menteri ATR/Kepala BPN, Nusron Wahid, saat berkunjung ke B Universe, di Banten, Kamis (6/11/2025). (Foto: ATR/BPN)
BANTEN, PERSPECTIVESNEWS- Pemerintah terus
mengupayakan penanggulangan kemiskinan ekstrem melalui program Reforma Agraria.
Program ini berfokus pada pemberian tanah kepada masyarakat miskin untuk
dikelola menjadi lahan pertanian produktif guna meningkatkan kesejahteraan
hidup.
“Kalau soal memberikan tanah untuk masyarakat sangat miskin agar bisa dikelola,
khususnya di sektor pertanian itu namanya program Reforma Agraria. Sudah ada
keputusan pemerintah untuk itu. Reforma Agraria ini salah satu cara memutus
mata rantai kemiskinan, dengan memberikan tanah supaya mereka punya kesempatan
berusaha,” ujar Menteri ATR/Kepala BPN, Nusron Wahid, saat berkunjung ke B
Universe, di Banten, Kamis (6/11/2025).
Menteri Nusron menjelaskan, dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kesesuaian
fungsi tanah, Kementerian ATR/BPN telah menyiapkan tanah untuk mendukung
pelaksanaan Reforma Agraria.
“Tanahnya kita siapkan. Tapi jangan minta tanah di sekitar
tempat tinggal yang memang tidak tersedia. Misalnya, kalau minta tanah di
kawasan Monas, tentu tidak ada. Tapi kalau untuk pertanian, di daerah seperti
Cianjur Selatan, Garut Selatan, atau Sukabumi Selatan, insyaallah ada,”
jelasnya.
Tanah yang diberikan melalui program Reforma Agraria ini nantinya akan
berstatus Hak Pakai, bukan Sertipikat Hak Milik (SHM). Hak Pengelolaan (HPL)
tanah tersebut tetap atas nama negara. Dengan status Hak Pakai, pemerintah
berharap tanah yang diredistribusikan benar dimanfaatkan untuk kegiatan
produktif masyarakat dan tidak diperjualbelikan.
“Kenapa Hak Pakai? Karena berdasarkan data kami selama 20 tahun terakhir,
banyak tanah hasil Reforma Agraria yang sudah SHM justru dijual dan berpindah
tangan,” ungkap Menteri Nusron.
Adapun dalam kunjungannya ke B Universe, Menteri Nusron turut didampingi oleh
Staf Khusus Bidang Manajemen Internal dan Transformasi Layanan Pertanahan,
Syarif Syahrial; Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol, Shamy Ardian;
serta Direktur Sinkronisasi Pemanfaatan Ruang, Prasetyo Wiranto. (MW/RS)