Tim IGA 2025 Validasi Inovasi Bali: Digitalisasi PWA hingga Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber

 

Cara mengumpulkan sampah yang benar dengan memilah antara sampah organik dan anorganik. (Foto: Humas Pemprov Bali)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS - Tim penilai Innovative Government Award (IGA) 2025 melakukan validasi lapangan ke sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi Bali pada Jumat (21/11/2025).

Tim yang terdiri dari unsur akademisi, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), dan media ini meninjau sejumlah inovasi daerah sekaligus mencocokkan data dengan kondisi lapangan.

Selain mengunjungi OPD, tim penilai juga mendatangi Bandara I Gusti Ngurah Rai, Hotel Westin Nusa Dua, serta Desa Adat Cemenggaon, Celuk, Sukawati—salah satu nominator penerima penghargaan berkat keberhasilannya mengelola sampah dari sumber.

Di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi Bali, tim penilai memantau langsung penerapan aplikasi We Love Bali, platform pembayaran Pungutan Wisatawan Asing (PWA). Aplikasi ini dikembangkan sepenuhnya oleh tim internal Diskominfos tanpa melibatkan vendor.

“Sistem ini mendukung pemungutan PWA baik di hotel maupun destinasi wisata melalui kode QR. Mobile checker dan banner digital juga sudah berjalan,” ujar Sekretaris Diskominfos Bali, Gusti Ngurah Kama Wijaya.

Aplikasi We Love Bali kini dapat diakses dari 162 negara. Dinas Pariwisata menyediakan layanan customer support untuk menjawab pertanyaan wisatawan mancanegara. Kepala Dinas Pariwisata Bali, I Nyoman Sumarajaya, menegaskan percepatan integrasi sistem sesuai arahan Gubernur Bali. “Kami terus berupaya mengurangi loss wisatawan yang belum membayar PWA,” ujarnya.

Hingga Oktober 2025, PWA telah menghasilkan lebih dari Rp320 miliar, dengan target Rp380 miliar pada akhir tahun.

Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber (PSBS) menjadi inovasi lain yang mendapat perhatian tim penilai. Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan bahwa pendekatan ini menjadi kunci menuju Bali Bersih Sampah 2027.

Sebagai bagian dari penilaian, tim IGA mengunjungi Desa Adat Cemenggaon untuk melihat penerapan Pola PESAN-PEDE (Pengelolaan Sampah Mandiri Pedesaan). Pola ini memadukan kearifan lokal Desa Adat dan filosofi Tri Hita Karana dalam sebuah Perarem yang mengatur pemilahan sampah dari rumah tangga.

Sejak 2020, setiap kepala keluarga di desa memiliki Teba Modern—lubang permanen dari buis berdiameter sekitar 1 meter dan kedalaman 3 meter—untuk mengolah sampah organik rumah tangga dan sisa upacara adat. Sampah anorganik dikelola oleh Bank Sampah Sami Asri.

Sebelum program diterapkan, sekitar 1,2 ton sampah per hari dikirim ke TPA Temesi. Kini, residu yang dihasilkan hanya satu pick up per minggu. Pengelola PESAN-PEDE menganjurkan setiap rumah memiliki dua Teba Modern untuk memastikan proses penguraian berjalan optimal. Kompos dapat dipanen setelah satu tahun ketika telah berwarna kehitaman, tidak berbau, dan bertekstur tanah.

Tim penilai IGA menilai praktik Cemenggaon sebagai contoh konkret pengelolaan sampah berbasis sumber yang sederhana namun efektif.

Dalam sesi penilaian sebelumnya, Gubernur Koster menegaskan bahwa inovasi menjadi kunci menjaga keberlanjutan pembangunan Bali yang sangat bergantung pada pariwisata. Bali menyumbang 53 persen devisa pariwisata nasional dan kontribusi 66 persen terhadap perekonomian daerah.

Dengan tantangan seperti sampah, kemacetan, dan krisis air bersih, inovasi daerah diharapkan mampu menjaga kualitas pariwisata dan keberlanjutan lingkungan Bali.

Hasil penilaian IGA 2025 akan menentukan daerah yang layak menerima penghargaan inovasi pemerintahan terbaik tahun ini. (lan)

 

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama