ERMA Gelar ‘Risk Beyond 2025’, Dorong Pengusaha Miliki Manajemen Risiko


Suasana konferensi ‘Risk Beyond 2025’ ke-16 yang digelar ERMA, di The Anvaya Beach Resort, Kuta, Bali, 4-5 Desember 2025. (Foto: Lan)

BALI, PERSPECTIVESNEWS- Enterprise Risk Management Academy (ERMA) menggelar ‘Risk Beyond 2025’, sebuah konferensi internasional tentang manajemen risiko perusahaan dan ketahanan organisasi.

Konferensi yang mengusung tema “Risk Odyssey: Engineering Momentum, Building a Resilient Risk DNA" ini berlangsung pada 4 - 5 Desember 2025, di The Anvaya Beach Resort, Kuta, Bali.

Konferensi membahas lingkungan internasional yang ditentukan oleh semakin intensifnya risiko iklim, akselerasi AI yang cepat, peningkatan keamanan siber, fragmentasi geopolitik, dan pengetatan peraturan.

Sebelumnya, banyak organisasi menyadari bahwa ketahanan bukan sekadar pelindung fungsi, namun kemampuan strategis yang mendorong inovasi, kinerja, dan jangka panjang penciptaan nilai.

“Manajemen risiko telah berubah secara mendasar. Pertanyaannya bukan lagi apakah organisasi harus berinvestasi ketahanan, namun seberapa cepat mereka dapat berevolusi untuk bertahan dan berkembang,” kata Dr. Aldi Ardilo, Direktur Eksekutif ERMA.

‘Risk Beyond 2025’, akan mempertemukan para pemikir paling cerdas di seluruh sektor dan kawasan untuk mengubah risiko dari kewajiban kepatuhan menjadi mesin momentum yang kuat, kepercayaan diri, dan keuntungan strategis.

Mempertemukan para eksekutif global, regulator, anggota dewan, akademisi, para pemimpin keberlanjutan, pakar teknologi, dan praktisi risiko senior dari seluruh Asia Pasifik, Timur Tengah, Eropa dan sekitarnya.

"Tahun ini adalah tahun ke-15 kita menyelenggarakan konferensi ini, di mana kita membuat sebuah komunitas dari orang-orang yang mempunyai akuntabilitas untuk mengambil keputusan," terang Aldi Ardilo pada presscon usai pembukaan konferensi.

Selama dua hari, sebanyak 235 delegasi dari 7 negara yang hadir secara online mengikuti ‘Risk Beyond 2025’ yang diproyeksikan akan menjangkau khalayak yang lebih luas dan kuat serta beragam di berbagai wilayah, industri, dan latar belakang profesional.

Mengungkap perspektif yang membentuk masa depan dan solusi praktis yang menentukan garis depan manajemen risiko perusahaan. Konferensi ini sekaligus mendorong perusahaan untuk memiliki manajemen risiko dalam perusahaannya, sambung Aldi Ardilo.


Dr. Aldi Ardilo, Direktur Eksekutif ERMA (kiri) didampingi Tantowi Yahya, President United in Diversity Foundation saat presscon.

Sepanjang acara, para peserta secara konsisten menyoroti pentingnya memupuk ketahanan risiko DNA yang memberdayakan institusi untuk mengantisipasi gangguan, menyerap guncangan, dan mempercepat menuju tujuan jangka panjang.

Pembicara kunci Tantowi Yahya, President United in Diversity Foundation menyampaikan, konferensi ini dalam rangka memberikan pembekalan kepada perusahaan untuk mampu menghandel berbagai risiko yang dihadapi, baik oleh perusahaan organisasi maupun bidang-bidang lainnya.

"Dari mulai perkumpulan kecil sampai ke level negara, itu pasti berhadapan dengan risiko. Masalahnya, bisa tidak risiko itu dikonversi menjadi sebuah peluang. Istilahnya, suatu kejadian yang membuat shock satu organisasi bahkan negara, kita bisa membantu atau menavigasi kekacauan itu menjadi satu peluang, dan akhirnya mereka bisa menjadi juara," jelas Tantowi.

Tantowi menyebut ada tiga hal yang harus dimiliki oleh organisasi atau perkumpulan bahkan negara dalam menjalankan organisasinya ketika berhadapan dengan risiko yaitu Siap, Adaptif dan Lincah.

"Yang pertama harus siap bukan siap gara-gara ada ancaman tapi sebelum ancaman itu datang kita harus siap. Kedua, bisnis itu harus bisa adaptif atau adaptasi dengan perubahan-perubahan zaman, perubahan cuaca dan perubahan iklim. Ketiga harus lincah bergerak serta update. Jika ada perusahaan dulunya ada tapi sekarang tidak ada lagi itu berarti perusahaan itu tidak siap, tidak adaptif dan juga tidak lincah," lanjut Tantowi.

Ia membantah bahwa krisis ekonomi akan mematikan sebuah perusahaan atau organisasi atau mengurangi kesempatan. Dengan menerapkan tiga metode yakni harus siap, harus adaptif dan harus lincah, sebuah perusahaan akan mampu bertahan dan berkembang di tengah krisis.

Konferensi ini menantang para pemimpin untuk memikirkan kembali risiko sebagai pendorong momentum, memberdayakan organisasi untuk mengatasi ketidakpastian dengan tangkas dan percaya diri, membangun sistem pengambilan keputusan yang tahan terhadap guncangan dan memanfaatkan peluang, memperkuat tata kelola dan budaya di era transformasi yang cepat serta menumbuhkan keberlanjutan dan nilai publik di samping kinerja dan profitabilitas.

Selain itu, konferensi ini bertujuan menginspirasi era baru dalam dunia usaha kepemimpinan di mana risiko menjadi landasan ketahanan, inovasi, dan jangka panjang penciptaan nilai. (*)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama