Kinerja Intermediasi Meningkat, Pemulihan Ekonomi makin Menggeliat

 



Perkembangan sektor keuangan tetap stabil dan terjaga dengan peningkatan kinerja.  (Foto: Dok)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (perbankan-red) yang terus meningkat, semakin berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

Menurut Infografis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat perkembangan sektor keuangan tetap stabil dan terjaga dengan peningkatan kinerja intermediasi di tengah perekonomian global yang masih menghadapi tekanan inflasi yang persisten tinggi dan telah mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh mayoritas Bank Sentral Dunia.

Kinerja perekonomian domestik masih terjaga terlihat dari rilis PDB triwulan I-2022 yang terpantau sebesar 5,01% yoy dan indikator ekonomi high frequency juga terpantau masih positif, mengindikasikan berlanjutnya pemulihan ekonomi.

OJK akan terus memperkuat koordinasi dengan para stakeholder dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan khususnya dalam mengantisipasi risiko tekanan inflasi global dan pengetatan kebijakan bank sentral dunia. 


Kepala Kantor Regional OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Kristrianti Puji Rahayu  (Foto: OJK)

Pertumbuhan Ekonomi Bali Lebih Tinggi dari Nasional

Sementara itu, OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara mencatat kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di Provinsi Bali posisi Maret 2023 tetap terjaga, tercermin dari fungsi intermediasi yang berjalan baik.

Penilaian OJK itu disampaikan Kepala Kantor Regional OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Kristrianti Puji Rahayu, di Denpasar, Senin (8/5/2023)

Dalam paparannya disebutkan, stabilitas sektor jasa keuangan di Provinsi Bali mendukung indikator perekonomian Provinsi Bali yang menunjukkan pertumbuhan 6,04% yoy di triwulan I 2023, walaupun sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, namun meningkat dibandingkan triwulan sama tahun 2022 yang tumbuh 1,48% yoy.

Selanjutnya disampaikan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan I 2023 lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 5,03% yoy dan menempati urutan tertinggi ke-6 secara nasional.

Di sisi lain, inflasi posisi Maret 2023 Provinsi Bali yang diwakili oleh Kota Denpasar dan Singaraja sebesar 5,46% yoy menurun dibandingkan Februari 2023 yang sebesar 6,35% yoy, namun masih lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional sebesar 4,97% yoy.

“Data sektor perbankan menunjukkan adanya pertumbuhan pada penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK perbankan di Bali. Penyaluran kredit mencapai Rp99,62 triliun atau tumbuh 3,46% yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,85% yoy. Pertumbuhan kredit Maret 2023 juga lebih tinggi dibandingkan posisi Februari 2023 yang sebesar 3,13% yoy. Pertumbuhan kredit Bank Umum di Bali sebesar 3,42% yoy, sedangkan BPR mencapai 3,74% yoy,” urai Puji Rahayu.

Berdasarkan jenis penggunaannya, lanjut Puji Rayahu, pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan kredit Modal Kerja dan Investasi. Berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit disumbangkan oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan.

Peningkatan penyaluran kredit ini seiring dengan kebijakan pelonggaran aktifitas masyarakat dan meningkatnya aktifitas pariwisata serta pendukung pariwisata di Bali.

Sementara itu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp146,38 Triliun atau tumbuh double digit yaitu 22,86% yoy tumbuh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,77% yoy.

Namun, pertumbuhan DPK Maret 2023 sedikit lebih rendah dibandingkan posisi Februari 2023 yang tumbuh sebesar 23,58% yoy.

Berdasarkan Kelompok Bank Modal Inti (KBMI), peningkatan DPK secara yoy didorong oleh kelompok bank pada KBMI 4. Disamping itu, berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK ditopang oleh kenaikan Tabungan dan Giro.

Fungsi intermediasi posisi Maret 2023 sedikit turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) turun dari 68,68% menjadi 68,06%.

Hal tersebut disebabkan pertumbuhan kredit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan DPK. Kondisi pandemi Covid-19 masih berdampak bagi perekonomian Bali dan memberikan scarring effect.

Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di Bali (berdasarkan lokasi proyek) terus melandai dari Rp45,80 Triliun posisi Desember 2020 menjadi Rp28,90 Triliun atau turun sebesar 36,89% posisi Maret 2023 (Februari 2023: Rp29,96 Triliun).

Berdasarkan sektor ekonomi, restrukturisasi kredit Covid-19 di Provinsi Bali didominasi oleh sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (porsi 40,09%), sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (porsi 23,82%) dan sektor Rumah Tangga (porsi 15,22%). 

“Pada dasarnya pertumbuhan kredit di posisi Maret 2023 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yakni sebesar 5,03% yoy yang menempati urutan tertinggi ke-6 secara nasional pada triwulan I 2023. Jadi, kinerja intermediasi yang terus meningkat, jelas semakin berkontribusi terhadap menggeliatnya pemulihan ekonomi di Bali khususnya dan nasional pada umumnya,” tutup Puji Rahayu.  (lan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama