Pelatihan kecakapan hidup bagi wanita Hindu di Banjar Pelita Sari, Kelurahan Dauh Puri pada Minggu (25/5/2025) dihadiri Ny. Sagung Antari Jaya Negara. (Foto: Humas Kota Denpasar)
DENPASAR,
PERSPECTIVESNEWS - Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota
Denpasar menggelar pelatihan kecakapan hidup bagi para wanita Hindu di
lingkungan Banjar Pelita Sari, Kelurahan Dauh Puri, Minggu (25/5/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri langsung Ketua WHDI Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari
Jaya Negara.
Pelatihan kecakapan hidup yang digelar kali ini mengangkat
tema membuat Lis Amuan Amuan dan juga Sanga Urip, sebagai salah satu pelengkap
upakara.
Pengangkatan Lis sendiri sebagai materi pelatihan,
dikarenakan Lis merupakan sarana yang kerap dipakai saat upakara, yakni
berfungsi mencipratkan atau memercikkan tirta atau air suci sebagai penyucian
diri dan lingkungan.
Dengan melibatkan para wanita Hindu lintas generasi, Ny.
Antari Jaya Negara mengharapkan melalui pelatihan kecapakan hidup ini pemahaman
krama utamanya wanita Hindu terkait tata cara dan proses pembuatan sarana
upakara, dapat semakin didalami.
"Lis Amuan Amuan dan Sanga Urip ini merupakan salah
satu kelengkapan sarana upakara yang sering kita jumpai dan digunakan. Untuk
itu, sebagai wanita Hindu, ibu ibu mungkin sudah sangat akrab dengan Lis baik
untuk keseharian di rumah maupun acara adat lainnya. Namun melalui pelatihan
kecapakan hidup ini, saya mengharapkan adanya proses saling bertukar ilmu dan
pengetahuan yang dimiliki," tutur Ny. Antari Jaya Negara.
Hal ini digunakan untuk menjauhkan diri dari kekuatan
negatif yang dapat mengganggu manusia dan bertujuan untuk kekuatan serta
kesucian lahir bathin sebagaimana disebutkan dalam ajaran agama Hindu.
Pelatihan kali ini menghadirkan beberapa orang narasumber
pelatihan dari WHDI Kota Denpsar. Yakni, Ni Wayan Sukerti, dan Ni Made
Sucitawati.
Salah seorang narasumber, Ni Wayan Sukerti mengatakan,
dengan metode "learning by doing" para peserta pelatihan diajak
langsung mempraktekan cara mejejahitan sembari dituturi makna dan filosofi
komponen banten itu sendiri.
"Sarana upakara ini memiliki simbol dan makna
tersendiri saat kita melakukan persembahan ke hadapan Sang Pencipta dan alam
semesta. Ada beragam makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya,"
tutur Wayan Sukerti.
Sementara itu, salah satu peserta pelatihan, Ni Luh Putu
Setiarini, warga Banjar Pelita Sari mengaku pelatihan kecakapan hidup
yang diikuti ini, banyak memberikan pemahaman tentang makna dari Lis itu
sendiri.
"Tentu saya sangat senang melalui pelatihan ini saya
jadi tahu bahwa masing masing bagian dari Lis Amuan Amuan dan Sanga Urip ini
ternyata memiliki makna tersendiri. Dan juga, saya bisa belajar tentang bagaimana
secara detail teknis pembuatannya," ungkap Putu Setiarini.(win)