Pengamat sepak bola Tommy Welly menilai faktor non teknis Arab Saudi paling berat. Indonesia bakal melanjutkan perjuangannya untuk ke Piala Dunia 2026 di Babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Grup B bersama Arab Saudi dan Irak, Oktober mendatang. (Foto: pebri)
JAKARTA,
PERSPECTIVESNEWS - Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly menilai Timnas
Indonesia menghadapi ujian berat di Babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026,
khususnya dalam Grup B yang mempertemukan skuad Garuda dengan Arab Saudi dan
Irak.
Tommy Welly yang akrab disapa Towel ini menyoroti dua
persoalan teknis yang bisa memengaruhi kinerja skuad Indonesia. Pertama, cedera
Ole Romeny, pencetak tiga gol dalam empat laga sebelumnya, menjadi kehilangan
signifikan karena kemampuan finishing dan kualitas individunya belum
tergantikan.
"Lalu tanda tanya tentang jam terbang para pemain diaspora, yang masih
belum pasti bergabung dengan klub mana di musim ini sehingga dapat berdampak
pada kebugaran dan ritme bermain," ujarnya dikutip dari kanal youtube,
gocek bung towel, Rabu (23/7/2025).
Namun, Towel menegaskan, tantangan ini tidak boleh
meruntuhkan harapan. Ia percaya tim kepelatihan di bawah Patrick Kluivert masih
punya waktu, termasuk FIFA Match Day September melawan Kuwait dan Lebanon untuk
mencari solusi yang tidak bergantung pada satu-dua pemain kunci.
Towel juga menyoroti tantangan dari sisi eksternal yang
berpotensi mengganggu fairness kompetisi. Pertama, keuntungan jadwal Arab Saudi
yang bermain pada 8 dan 14 Oktober, memberi mereka waktu istirahat 5 hari.
Sementara Indonesia hanya punya waktu recovery dua hari antara laga 8 dan 11
Oktober.
"Perbedaan jam pertandingan juga merugikan Indonesia. Laga melawan Arab
digelar pukul 20.15, sementara kontra Irak hanya tiga hari berselang dan
dimulai lebih sore pukul 18.00. Sebaliknya, Arab mendapat waktu lebih leluasa
sebelum bertanding lagi pada pukul 22.30," jelasnya.
Oleh karena itu, Towel menyarankan PSSI mengirim surat resmi
kepada AFC guna mempertanyakan kesenjangan jadwal dan waktu kick off yang
berpotensi menimbulkan ketidakadilan.
Merujuk pernyataan eks Presiden FIFA, Sepp Blatter, yang
menyebut "Football has been lost to Saudi Arabia", Towel menyoroti
pengaruh uang Arab Saudi dalam sepak bola dunia. Mulai dari penunjukan menjadi
tuan rumah Piala Dunia 2034 tanpa kajian mendalam, hingga pembelian hak siar
Kejuaraan Dunia Antarklub senilai Rp16,2 triliun, serta dominasi sponsor
seperti Aramco, Riyadh Airways, dan Visit Saudi.
Ia mengingatkan bahwa faktor-faktor eksternal ini bisa
memperberat perjuangan Timnas Indonesia secara non-teknis.
Meski posisi Indonesia sebagai underdog di Grup B tidak
ideal—dengan probabilitas menang yang ia nilai hanya sekitar 40:60 persen—Towel
tetap memberi apresiasi kepada tim pelatih Patrick Kluivert dan Alex Pastoor
atas keseriusannya terlibat langsung di ekosistem sepak bola Indonesia,
termasuk menyaksikan AFF U-23 dan laga klub lokal.
"Meski lawan Arab dan Irak sangat berat, perjuangan
Timnas harus total. Arab Saudi berkembang pesat, tetapi Indonesia juga punya
potensi. Maka, jika ingin lolos, Timnas harus menang mutlak lewat strategi dan
kualitas sepak bola. Seperti dalam tinju: harus menang KO, jangan hanya menang
angka atau split decision,” pungkas Towel. (djo)