Keluarga dari korban Dewa Gede Adnyana Putra (50), sopir truk asal Tojan, Blahbatuh, Gianyar, Bali, yang masih bertahan di Pelabuhan Gilimanuk, pasca-tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Jumat (4/7/2025). (Foto: Dik/Perspectives).
JEMBRANA, PERSPECTIVESNEWS- Sudah dua hari keluarga dari Dewa Gede Adnyana Putra (50), sopir truk asal Tojan, Blahbatuh, Gianyar, Bali, masih bertahan di Pelabuhan Gilimanuk, pasca-tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.
Istri korban, Dayu Made Silawati, bersama menantunya Ni Luh Sri Devi Mariani, nampak sangat sedih ketika ditemui di depan ruang VIP ASDP Gilimanuk, Jumat (4/7/2025) siang. Bahkan Dayu Made istri korban terlihat sesekali mengusap air matanya.
Adnyana Putra, yang dikenal sebagai sopir lintas Bali-Jawa pengangkut pakan ternak, terakhir kali berkomunikasi dengan keluarganya pada Rabu (2/7/2025) malam.
Menantunya, Ni Luh Sri Devi Mariani, menuturkan bahwa ayah mertuanya sempat mengabarkan sudah di atas kapal dan meminta dibangunkan pagi hari untuk melanjutkan perjalanan pulang.
"Saya menyarankan agar kalau ajik (ayah mertua) sudah sampai rumah pagi harinya, kita bisa sembahyang bersama. Ajik jawab bisa, katanya sampai rumah pagi. Tapi setelah itu tidak ada kabar lagi. HP-nya tidak bisa dihubungi, bahkan GPS kendaraan pun tidak terdeteksi," ungkap Devi.
Awalnya, keluarga sempat tak percaya Adnyana menjadi korban. Namun, setelah mencocokkan nama di manifest dan melakukan pengecekan langsung ke lokasi, kekhawatiran itu menjadi kenyataan.
"Awalnya saya panik nggak percaya. Terus diinfo oleh temennya Ajik, kalau Ajik naik kapal itu. Terus langsung ke Gilimanuk naik motor untuk memastikan dan memang nama ajik dan plat kendaraan ada didaftar (manifest)," ungkapnya.
Saat ini, ia dengan ibu mertuanya masih bertahan dan menunggu kabar baik mengenai keberadaan ayah mertuanya di Pelabuhan Gilimanuk. Mereka berharap korban bisa diketemukan dengan selamat.
Di tempat sama, Gede Tirta (60), rekan kerja Adnyana yang juga sopir truk dari Desa Tuwed, Melaya, Jembrana, mengaku sempat mencoba menghubungi korban sekitar pukul 00.00 WITA, 15 menit sebelum insiden nahas itu terjadi.
"HP-nya sudah tidak aktif. Kami sudah lima tahun kerja bareng. Biasanya kalau sudah naik kapal, kami istirahat tidur di dalam kendaraan karena kelelahan," terang Gede Tirta.
Saat itu, Gede Tirta kebetulan off kerja karena belum mendapatkan jadwal pengiriman, menunggu giliran jadwal setelah datang korban.
"Saya nggak berangkat belum dapat jadwal. Kami biasa komunikasi, ngobrol di HP tentang kerjaan sama dia (korban)," tuturnya.
Ia bersama istrinya sengaja datang ke Gilimanuk untuk memberikan support kepada istri dan menantu korban. Meski ia juga belum percaya dengan musibah yang dialami rekannya itu. "Saya sudah merasa seperti keluarga, hanya bisa berdoa yang terbaik untuk keselamatan dia (korban)," pungkasnya. (dik)
Hingga hari kedua pasca-kejadian, tim SAR gabungan masih terus melakukan upaya pencarian. Namun, baik korban maupun bangkai kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam pada Kamis (3/7/2025) dini hari belum berhasil ditemukan. (Foto: