HLM yang digelar Pemkab Buleleng bersama BI Bali, dalam upaya memetakan risiko pengendalian inflasi ke depannya. (Foto: BI Bali)
BULELENG, PERSPECTIVESNEWS- Pemerintah Kabupaten Buleleng bersama Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali melalui wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buleleng menyelenggarakan High Level Meeting (HLM) sebagai forum strategis untuk melakukan asesmen bersama terhadap perkembangan inflasi serta memetakan risiko pengendalian inflasi ke depan.
Kegiatan HLM TPID tersebut dilaksanakan pada Jumat (25/7/2025), di Kantor Bupati Buleleng.
Acara dibuka secara resmi oleh Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra dengan narasumber utama Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja.
Turut hadir dalam kegiatan ini antara lain Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Butet Linda Panjaitan, Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna, Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa yang sekaligus bertindak sebagai moderator, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Buleleng, termasuk Kapolres Buleleng dan Kepala Kejaksaan Negeri Buleleng.
HLM TPID juga dihadiri oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Buleleng, Perumda Swatantra, Perumda Argha Nayottama, serta seluruh anggota TPID Buleleng.
Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra dalam sambutannya mengatakan, HLM untuk melanjutkan sinergi TPID Buleleng yang hingga pertengahan 2025 telah mampu menjaga inflasi tetap pada rentang sasaran.
HLM dilanjutkan dengan pemaparan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja yang mengulas perkembangan inflasi, risiko ke depan, dan rekomendasi pengendalian inflasi.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Buleleng, pada Juni 2025 di Singaraja tercatat mengalami inflasi sebesar 0,37% secara bulanan (month to month/mtm) dan 2,79% secara tahunan (year on year/yoy).
Komoditas penyumbang utama inflasi bulanan meliputi cabai rawit, tomat, dan sawi hijau, sementara beras dan daging babi menyumbang inflasi tahunan. Sementara itu, terdapat downside risk berupa potensi tambahan pasokan dari panen bawang merah NTB dan Bali, percepatan distribusi MinyaKita, serta akselerasi beras SPHP.
Erwin menambahkan, capaian inflasi di Kabupaten Buleleng masih berada dalam kisaran target inflasi nasional, yaitu 2,5% ± 1%. Meskipun inflasi saat ini relatif terkendali, ke depan terdapat sejumlah risiko yang berpotensi mendorong tekanan inflasi di wilayah Buleleng.
“Salah satu faktor utama berasal dari kondisi alam, yaitu fenomena kemarau basah yang dapat meningkatkan risiko serangan hama dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), sehingga mengganggu produktivitas pertanian,” ujarnya.
Selain itu, tekanan inflasi juga dapat bersumber dari faktor musiman, seperti meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara pada periode liburan musim panas, yang akan mendorong permintaan terhadap bahan pangan dan barang konsumsi lainnya.
Tekanan tambahan juga muncul dari kenaikan biaya pendidikan seiring dimulainya tahun ajaran baru, serta dari harga emas global yang cenderung meningkat akibat ketidakpastian geopolitik internasional.
Di sisi lain, terdapat pula tantangan struktural yang bersumber dari aspek demografi. Salah satunya adalah dominasi tenaga kerja lanjut usia dalam sektor pertanian, yang berdampak pada penurunan produktivitas. Oleh karena itu, diperlukan upaya regenerasi petani sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga di daerah.
Mengingat adanya tantangan pengendalian inflasi yang bersumber dari faktor alam, musiman, dan demografi, HLM TPID Buleleng menyepakati penguatan implementasi strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) akan terus dilakukan melalui operasi pasar, peningkatan produktivitas pertanian, diversifikasi pangan, dan Kerjasama Antar Daerah (KAD).
Selain itu, diperlukan sinergi yang erat antar pemangku kepentingan untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Salah satu rekomendasi strategi yang dapat ditempuh adalah melalui penerapan mekanisasi pertanian serta pengembangan hilirisasi hasil panen petani.
Peningkatan produktivitas ini menjadi sangat krusial, mengingat pertumbuhan jumlah penduduk ke depan diperkirakan akan melampaui laju produksi pangan.
Sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi pangan sekaligus mendorong diversifikasi bahan pangan di Kabupaten Buleleng, dalam kesempatan HLM TPID tersebut, Bank Indonesia memberikan dukungan sarana dan prasarana kepada tiga kelompok tani.
Bentuk dukungan tersebut meliputi alat mekanisasi pertanian berupa traktor dan alat hilirisasi sorgum kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tulus Bakti; mesin transplanter kepada Subak Anyar Panglatan guna mendukung mekanisasi penanaman padi; serta drone pertanian untuk penyiraman dan pemupukan kepada Subak Blumbang dalam rangka mitigasi serangan OPT, khususnya pada musim kemarau basah seperti saat ini.
Melalui sinergi dan kolaborasi strategis ini, diharapkan produktivitas pertanian di Kabupaten Buleleng dapat terus meningkat secara berkelanjutan, sehingga mampu memperkuat ketahanan pangan sekaligus memberdayakan petani menuju kesejahteraan yang lebih baik. (lan/BI)