Manager PT PLN (Persero) UP3 Bali Utara, Elashinta (dua dari kanan) menyerahkan secara simbolis bantuan sarpras Sekolah Alam Bahari Banyumilir Buleleng kepada Bupati Buleleng diwakili Kadisdikpora Drs. Dewa Made Sudiarta, M.Si (kiri).
BULELENG, PERSPECTIVESNEWS- PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Bali menyalurkan bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) untuk pengembangan sarana dan prasarana Sekolah Alam Bahari Banyumilir di Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng.
Dukungan ini diharapkan memperkuat pendidikan berbasis alam yang menanamkan kecintaan terhadap lingkungan sekaligus mengenalkan energi bersih kepada generasi muda.
Bantuan meliputi renovasi bangunan perpustakaan, penyediaan perangkat pembelajaran seperti TV, laptop, printer, pembuatan modul sekolah, hingga kendaraan listrik yang akan dimanfaatkan sebagai perpustakaan keliling.
Pembangunan fasilitas saat ini telah berjalan 34 persen, dan kendaraan listrik sudah dibeli untuk dimodifikasi menjadi sarana edukasi keliling ramah lingkungan.
Manager PLN UP3 Bali Utara, Elashinta, menjelaskan bahwa program TJSL ini sejalan dengan misi PLN untuk menghadirkan listrik yang andal sekaligus mendorong pembangunan berwawasan lingkungan.
“Fokus kami dalam TJSL ini adalah pengembangan pendidikan berbasis alam untuk membentuk generasi hijau. Harapannya, sekolah ini dapat meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memahami, mengerti, dan berempati terhadap lingkungannya, sekaligus menjadi penggerak ekonomi lokal yang berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa program TJSL PLN sendiri memiliki empat pilar: sosial, ekonomi, lingkungan, dan tata kelola.
“Dalam pilar lingkungan, kami ingin membangun kesadaran kolektif untuk melestarikan lingkungan hidup, sementara dalam pilar tata kelola, kami memastikan program ini dipantau dan berkelanjutan. Selain itu, PLN terus berkomitmen menjaga rasio elektrifikasi 100% di Bali Utara, memastikan listrik andal, dan menjadi media untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” tuturnya.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Buleleng yang diwakili oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, Abdul Manaf, menegaskan, konservasi laut adalah kewajiban yang harus terus dilaksanakan serta pentingnya melibatkan generasi muda sejak dini.
“Di Buleleng, kegiatan konservasi laut bukan hal baru. Sejak tahun 2000, masyarakat lokal telah aktif menjaga dan merehabilitasi ekosistem pesisir. Pola baru yang digagas Sekolah Alam Bahari Banyumilir ini sangat positif karena melibatkan anak-anak dalam mengenal ekosistem laut dan cara melindunginya. Dengan begitu, tongkat estafet konservasi bisa diteruskan oleh generasi berikutnya. Alam terus berubah, tekanan terhadap sumber daya pasti bertambah, sehingga konservasi adalah sesuatu yang wajib dan harus dilaksanakan,” ujarnya.
Ketua sekaligus Founder Yayasan Banyumilir, I Ketut Wiryadana, memaparkan bahwa program sekolah ini merupakan bagian dari tiga pilar kebaharian yayasan untuk menciptakan keberlanjutan lingkungan dan ekonomi masyarakat pesisir.
“Kami membangun model keberlanjutan melalui tiga pilar: keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam kegiatan lingkungan dan pariwisata, peningkatan kesadaran lingkungan melalui program konservasi dan bersih-bersih, serta penguatan ekonomi berkelanjutan dengan pola gotong royong antar pelaku wisata,” tuturnya.
Ia menambahkan, Sekolah Alam Bahari Banyumilir didirikan untuk menjangkau hulu, memperkenalkan laut sejak dini kepada anak-anak agar mereka memahami potensi luar biasa yang dimiliki. Semua kegiatan untuk anak TK dan SD digratiskan, melibatkan dosen dan praktisi pendidikan, dengan metode nonformal yang disesuaikan tingkat perkembangan anak.
Melalui kegiatan ini, dirinya berharap, generasi muda ini kelak menjadi pelaku utama pengelolaan wilayah pesisir yang berdaulat secara ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan.
Sekolah Alam Bahari Banyumilir, yang berbentuk Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), mengusung metode learning by doing di alam terbuka.
Siswa belajar langsung di pesisir, laut, dan ekosistem bahari, sekaligus mengasah keterampilan hidup, empati, dan rasa tanggung jawab menjaga lingkungan. Programnya mencakup eksplorasi pantai, penanaman mangrove, konservasi terumbu karang, edukasi energi terbarukan, hingga pengembangan kewirausahaan kelautan.
Program ini menargetkan manfaat bagi lebih dari 900 penerima manfaat langsung, terdiri dari 515 laki-laki dan 450 perempuan, meliputi siswa, guru, dan masyarakat sekitar. Dampak jangka panjang yang diharapkan antara lain peningkatan kesadaran lingkungan, pemberdayaan komunitas pesisir, pelestarian ekosistem laut, serta pengurangan polusi.
PLN optimistis kolaborasi ini dapat memperkuat peran pendidikan dalam membentuk SDM berwawasan lingkungan dan energi bersih, sejalan dengan visi menuju masa depan yang hijau dan berkelanjutan. (lan/*)