
Bupati Kembang Hartawan yang hadir didampingi Wabup Ipat saat membuka Festival Loloan Jaman Lame ke-6, di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, Minggu (19/10/2025). (Foto: Hms Jbr)
JEMBRANA, PERSPECTIVESNEWS- Nuansa masa lalu kembali hadir dengan meriah dalam gelaran malam puncak Festival Loloan Jaman Lame yang berlangsung di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana.
Acara tahunan ini sukses mengajak ribuan pengunjung untuk
bernostalgia dan merasakan kembali suasana serta kekayaan tradisi Loloan tempo
dulu yang unik dan khas.
Mengusung tema "Merajut Tenun Kebangsaan", seluruh
area festival disulap menjadi lorong waktu, dihiasi dengan lampu petromaks dan
dekorasi sederhana khas zaman dahulu, menciptakan suasana yang hangat dan penuh
kenangan.
Salah satu daya tarik utama adalah pameran budaya yang
menampilkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Loloan di masa lampau.
Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan yang hadir
didampingi Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna dan jajaran Forkopimda
mengatakan, Festival Loloan Jaman Lame menggambarkan kehidupan masyarakat
Loloan secara turun temurun yang telah hidup berabad-abad di Jembrana.
"Ini tidak hanya sekadar festival, ini adalah
perjalanan sejarah, jati diri masyarakat Loloan yang saya tahu sudah hidup dan
tumbuh ratusan tahun di Jembrana," ucapnya.
Di tengah dominasi Budaya Hindu Bali, Loloan hadir dengan
keunikan yang sangat kontras, menjadikannya 'mutiara' dengan corak Melayu yang
kental, hasil percampuran sejarah panjang antara etnis Bugis, Melayu, dan
akulturasi lokal.
"Loloan ini memang unik, mulai dari bentuk rumah,
kulinernya, bahasanya dan musiknya kental sekali perpaduan budaya muslim dengan
budaya masyarakat Bali," imbuh Bupati Kembang.
Pihaknya menyampaikan apresiasinya kepada panitia yang
secara konsisten bisa menyelenggarakan festival Loloan Jaman Lame hingga yang
ke-6 di tahun ini.
"Ini satu bukti, bahwa kita semua tidak ingin
meninggalkan budaya dari leluhur kita. Jangan sampai di tengah globalisasi,
budaya kita menjadi pudar. Karena budaya inilah kekayaan sejatinya yang kita
miliki dari turun temurun," ujarnya.
Di lain sisi, ketua panitia Rivan Hidayat menyampaikan
Festival Loloan Jaman Lame yang ke-6 ini mengambil tema "Merajut Tenun
Kebangsaan" yang memiliki makna untuk menjaga keharmonisan dalam
kehidupan.
"Tahun ini kami mengusung tema besar "Merajut
Tenun Kebangsaan". Tema besar ini kami usung sebagai pengingat bahwa
Loloan tidak hanya sekadar kaya akan sasana budaya, lebih jauh budaya dan
tradisi itu menuntut kita untuk hidup harmonis dalam keberagaman,"
ucapnya.
Rivan mengatakan, salah satu bentuk keharmonisan yang ada di
Loloan adalah dalam bentuk tradisi Ambur Salim yaitu suatu tradisi
menghamburkan beras kuning dan uang logam.
"Ambur Salim berasal dari dua suku kata, yaitu Ambur
yang dari Bahasa Sansekerta yang artinya menebarkan dan Salim dari Bahasa Arab
yang artinya keselamatan. Sehingga Ambur Salim berarti menebar atau berbagi
keselamatan. Saya percaya bahwa ajaran prinsip ini dianut oleh setiap
agama," ujarnya.
Dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Jembrana, kata
Rivan menjadi salah satu faktor penting dalam suksesnya penyelenggaraan
Festival Budaya Loloan yang puncak acara ditutup dengan Loloan Jaman Lame.
"Saya ucapkan terima kasih kepada pemerintah kabupaten
Jembrana yang mendukung penuh acara ini melalui anggaran biaya sebesar Rp 150
juta," tutupnya. (humasJ)