Oktober 2025, Bali Inflasi 0,16 Persen

 


Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja.

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Rilis BPS Provinsi Bali pada 3 November 2025 menyebutkan, perkembangan harga gabungan kabupaten/kota perhitungan inflasi di Provinsi Bali pada Oktober 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,16% (mtm).

Bulan sebelumnya, Bali mengalami deflasi sebesar -0,01% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali mengalami kenaikan menjadi 2,61% (yoy) dari 2,51% (yoy) pada September 2025.

Inflasi Bali pada Oktober 2025 secara tahunan lebih rendah dibandingkan Nasional yang sebesar 2,86% (yoy).

Secara spasial, 3 (tiga) Kota/Kabupaten di Bali mengalami inflasi bulanan pada Oktober 2025.

Tabanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,34% (mtm) atau inflasi tahunan sebesar 2,26% (yoy), diikuti Badung sebesar 0,31% (mtm) atau 1,65 (yoy).

Selanjutnya, Singaraja mengalami inflasi bulanan sebesar 0,28% (mtm) atau inflasi tahunan 2,47% (yoy).

Sementara itu, Kota Denpasar mengalami deflasi pada Oktober 2025 yakni sebesar -0,02% (mtm) atau 3,29% (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja di Denpasar, Senin (3/11/2025) mengungkapkan, secara bulanan, inflasi di Provinsi Bali terutama disumbang oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, seiring dengan keterbatasan pasokan di tengah periode musim kemarau basah.

"Berdasarkan komoditasnya, secara bulanan inflasi Oktober 2025 terutama bersumber dari kenaikan harga komoditas cabai merah, sawi hijau, daging ayam ras, emas perhiasan, dan jeruk. Sementara itu, inflasi yang lebih dalam tertahan oleh penurunan harga komoditas beras, tomat, canang sari, bahan bakar rumah tangga, dan jagung manis," terang Erwin.

Ke depan, beberapa risiko yang perlu diperhatikan antara lain tingginya permintaan barang dan jasa pada periode HBKN Galungan-Kuningan yang bersamaan dengan periode peak season kunjungan wisatawan mancanegara, berlanjutnya kenaikan harga emas dunia, serta kenaikan harga BBM non subsidi pada November 2025.

Lebih lanjut, ketidakpastian cuaca karena peralihan musim penghujan berpotensi meningkatkan risiko pertumbuhan hama dan organisme pengganggu tanaman yang dapat mengganggu produksi tanaman pangan dan hortikultura.

Dalam menghadapi potensi tekanan inflasi ke depan dan menyambut HBKN Galungan-Kuningan, Bank Indonesia Provinsi Bali terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali melalui implementasi strategi 4K yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif.

Ke depan, TPID Provinsi dan seluruh TPID Kabupaten/Kota di Bali akan terus mendorong penguatan dan perluasan pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sebagai upaya menjaga inflasi yang stabil melalui penguatan regulasi, stabilitas pasokan, dan efisiensi distribusi.

Sinergi juga akan terus diperkuat melalui operasi pasar, pengawasan dan percepatan penyaluran SPHP, kerja sama antardaerah, baik intra-Bali maupun dengan luar Bali, serta peningkatan efisiensi rantai pasok pangan, guna membangun ekosistem ketahanan pangan yang inklusif dengan melibatkan BUMDes, Perumda pangan, dan koperasi.

Sinergi pengendalian inflasi pangan juga mencakup kolaborasi antara pelaku hulu dan hilir, mulai dari petani, penggilingan, Perumda pangan, hingga sektor horeka (hotel, restoran, dan kafe), yang diperkuat melalui regulasi pemanfaatan produk pangan lokal oleh pelaku usaha di daerah.

Dengan langkah-langkah strategis tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali optimis inflasi pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam rentang sasaran nasional sebesar 2,5%±1%. (lan/bi)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama