Tim medis melakukan tindakan bedah pembuluh darah otak
kompleks di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Ben Mboi, Kupang. Operasi ini
berlangsung dengan pendampingan tim ahli dari RSUP Prof. Dr. I G. N. G. Ngoerah
sebagai bagian dari Program Pengampuan Layanan Stroke Nasional. (Foto: Humas RSUP
Ngoerah)
DENPASAR,
PERSPECTIVESNEWS - Keberhasilan operasi bedah pembuluh darah otak kompleks
yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Ben Mboi, Kupang, Nusa Tenggara
Timur (NTT), kini menjadi sorotan nasional setelah RS Ngoerah mengonfirmasi
rangkaian tindakan tersebut sebagai operasi pertama di Indonesia Timur. Operasi
yang dilaksanakan pada Sabtu (15/11/2025) itu merupakan bagian dari Program
Pengampuan Layanan Stroke Nasional dan dikukuhkan sebagai capaian strategis dalam
penguatan layanan bedah saraf di daerah.
Tiga prosedur berisiko tinggi yaitu STA–MCA bypass, clipping
aneurysm, dan coiling aneurysm yang berhasil dilaksanakan dengan pendampingan
tim gabungan dari RS Ngoerah dan RS PON Jakarta. Keberhasilan bypass
menempatkan NTT sebagai provinsi ke-9 di Indonesia yang mampu melaksanakan
tindakan tersebut.
“Capaian ini menunjukkan bahwa layanan bedah saraf kompleks
dapat dikembangkan secara merata bila dilakukan pendampingan yang berkelanjutan.
Ini bukan sekadar keberhasilan klinis, melainkan momentum besar bagi Indonesia
Timur,” ujar dr. Niryana, Sp.BS.
Selain bypass, tim juga sukses menangani aneurisma melalui
tindakan clipping dan coiling. Menurut dr. Gemma, Sp.BS, yang memimpin tindakan
coiling, kolaborasi antarrumah sakit menjadi faktor utama.
“Sinergi antara RS Ngoerah dan RS Ben Mboi membuat tindakan berjalan
aman dan efisien. Ini bukti bahwa peningkatan kapasitas daerah bisa dicapai
melalui kerja sama yang konsisten,” ujarnya.
Humas RSUP Prof. Ngoerah, I Ketut Dewa Krisna, turut
menjelaskan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan operasi
tersebut. Ia menegaskan bahwa kesiapan SDM lokal masih menjadi aspek yang perlu
ditingkatkan.
“Tantangan terbesar adalah sumber daya manusia. Perawat dan
radiografer di RS Ben Mboi belum terlatih untuk tindakan coiling, clipping, dan
bypass. Selain itu, di sana belum tersedia tenaga neuroanestesi untuk prosedur bedah
saraf yang canggih dan kompleks seperti clipping dan bypass,” ujarnya.
Dewa Krisna menambahkan bahwa fasilitas cathlab dan ruang
operasi di RS Ben Mboi sebenarnya sudah cukup memadai, meski masih ada beberapa
alat penunjang yang perlu dipenuhi. Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada
keraguan dalam pelaksanaan operasi karena seluruh tim telah menyiapkan langkah
teknis secara matang. (angga)
