Apel Siaga Bencana Hidrometeorologi, Selasa (2/12/2025), untuk memperkuat kolaborasi kesiapsiagaan menghadapi puncak musim hujan.
DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Pemerintah Provinsi Bali melalui BPBD Provinsi Bali menggelar Apel Siaga Bencana Hidrometeorologi 2025-2026 untuk memperkuat kolaborasi kesiapsiagaan menghadapi puncak musim hujan.
Apel pada Selasa (2/12/2025) ini merupakan tindak lanjut
mandat Presiden melalui Kementerian Dalam Negeri kepada seluruh pemerintah
daerah untuk mengoptimalkan upaya pencegahan dan penanganan bencana akibat
cuaca ekstrem.
Bertindak sebagai Inspektur Upacara, Sekretaris Daerah
Provinsi Bali, Dewa Indra, menegaskan bahwa kesiapsiagaan adalah tugas negara
yang harus dijalankan secara disiplin, terpadu, dan berkelanjutan.
Dalam arahannya, Sekda menekankan bahwa mandat nasional
tersebut sejalan dengan arah pembangunan Bali.
Ia menjelaskan, mitigasi bencana telah lama menjadi
kebijakan fundamental daerah melalui visi Nangun Sad Kerthi Loka Bali yang
dirumuskan oleh Gubernur Bali, Wayan Koster.
Visi tersebut bersumber dari nilai-nilai mulia Sad Kerthi
(Atma Kerthi, Segara Kerthi, Danu Kerthi, Wana Kerthi, Jana Kerthi, dan Jagat
Kerthi) yang memuliakan jiwa manusia; laut dan pesisir; air; hutan dan
lingkungan hidup; permukiman; serta alam semesta sebagai satu kesatuan
ekosistem.
Dalam konteks kebencanaan, nilai-nilai ini bermakna
perlindungan menyeluruh terhadap kehidupan dan ruang hidup masyarakat Bali.
Apel siaga ini sekaligus menjadi momentum evaluasi
menyeluruh terhadap kejadian bencana di Bali.
Berdasarkan data BPBD kabupaten/kota yang dihimpun melalui
Sistem Informasi Kebencanaan, sepanjang Januari hingga akhir Oktober 2025
tercatat sedikitnya 50 kejadian bencana, didominasi cuaca ekstrem dan banjir,
yang mengakibatkan 41 korban meninggal, 18 luka-luka, 812 warga mengungsi atau
terdampak, kerusakan 1.463 bangunan, 129 jaringan jalan dan jembatan, serta
luas lahan terbakar sekitar 76 hektare, dengan estimasi kerugian ± Rp145,4
miliar.
Dibandingkan dengan periode 2024, sepanjang Januari hingga
akhir Desember 2024 tercatat 41 kejadian bencana yang menyebabkan 33 korban
meninggal, 21 luka-luka, kerusakan 391 bangunan dan 1 jaringan jalan serta
jembatan, pendistribusian air bersih sebanyak 1.604 ribu liter, serta luas
lahan terbakar 295,33 hektare dengan estimasi kerugian ± Rp11,8 miliar.
Data komparatif ini menunjukkan bahwa bencana
hidrometeorologi di Bali tidak hanya meningkat frekuensinya dari tahun ke
tahun, tetapi juga semakin besar dampaknya terhadap keselamatan, sosial
ekonomi, dan infrastruktur masyarakat.
Memasuki Desember 2025 hingga Februari 2026, curah hujan
diprediksi terus meningkat dengan puncak musim hujan pada Januari-Februari.
Karena itu, kewaspadaan terhadap potensi banjir dan longsor perlu diperkuat di
seluruh wilayah Bali.
Sejumlah daerah dataran rendah dan bantaran sungai di
Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, dan Jembrana berpotensi terdampak banjir,
sementara kawasan perbukitan seperti Bangli, Karangasem, Buleleng, Tabanan, dan
sebagian Gianyar perlu mewaspadai risiko longsor
Sekda menegaskan, kesiapsiagaan harus dilakukan secara
menyeluruh, terutama terkait kesiapan personel dan peralatan, jalur komunikasi,
tempat evakuasi, serta respons cepat ketika muncul tanda-tanda awal bencana.
Dalam kesempatan tersebut, Kalaksa BPBD Provinsi Bali, Gede
Teja, menyampaikan bahwa seluruh unsur penanggulangan bencana telah berada
dalam status siap operasi. Seluruh armada, personel TRC, instansi teknis
terkait, relawan, dan pecalang disiagakan untuk memastikan respons cepat
apabila cuaca ekstrem memicu insiden di lapangan.
Kalaksa menegaskan, kesiapsiagaan bukan untuk menimbulkan
kekhawatiran publik, tetapi agar masyarakat merasa aman karena pemerintah hadir
sebelum bencana, bukan hanya setelah bencana terjadi.
Ia juga mengajak pemerintah kabupaten/kota mempercepat
normalisasi drainase dan pembersihan sungai, memastikan kesiapan jalur
evakuasi, serta memperkuat saluran komunikasi risiko kepada masyarakat terutama
di wilayah rawan.
Pemerintah Provinsi Bali mengimbau masyarakat agar tetap
tenang namun meningkatkan kewaspadaan. Aktivitas di sungai, tebing, dan kawasan
pesisir perlu dihindari selama hujan deras. Warga di daerah rawan diminta
segera mengungsi jika situasi memburuk, serta melapor ke layanan darurat bila
menemukan potensi bahaya.
Sekda menutup apel dengan menegaskan bahwa keselamatan
masyarakat adalah prioritas tertinggi, dan hanya dengan kolaborasi antara
pemerintah, dunia usaha, akademisi, tokoh adat, media, dan masyarakat, Bali
dapat melewati puncak musim hujan secara aman dan terkendali. (hum)
