BI Ngeraos Sareng Media, Dari Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali hingga Program Serambi Rupiah

 

BI Ngeraos Sareng Media di Ubud, Gianyar, Senin (18/3/2024). Hadir Kepala KPw BI Bali Erwin Soeriadimadja (tengah), Deputi KPw BI Bali, GA Diah Utari (kanan) dan Advisor KPw BI Bali Butet Linda Panjaitan (kiri).  (Foto: perspectives)

GIANYAR, PERSPECTIVESNEWS- Baru pertama kali Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali menggelar ‘Ngeraos Sareng Media’ di tahun 2024, pun sejak Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Erwin Soeriadimadja menjabat. Ngeraos tersebut membahas berbagai hal, dari proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga program Serambi Rupiah.

“Kita baru bertemu untuk pertama kalinya sekarang ini ya,” kata Erwin pada giat bertemakan ‘Menjaga Momentum Pemulihan Perekonomian Bali’ di Ubud, Gianyar, Senin (18/3/2024) sore.

Dalam kesempatan tersebut Erwin juga menyampaikan prediksi BI terhadap pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 2024 diprakirakan pada rentang 5% - 5,80%. Pertumbuhan perekonomian Bali pada Triwulan IV 2023 mengalami pertumbuhan yang tinggi sebesar 5,86% (yoy) dibandingkan sebelumnya sebesar 5,36% (yoy). Level pertumbuhan ekonomi Bali lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang tumbuh sebesar 5,04% (yoy).

Hal itu menjadikan pertumbuhan ekonomi Bali menduduki peringkat ke-6 dari 34 provinsi di Indonesia.

Menurutnya, capaian-capaian tersebut merupakan hasil sinergi dan kolaborasi berbagai pihak untuk mendorong pertumbuhan perekonomian di Provinsi Bali, yang bertumpu pada perkembangan pariwisata yang saat ini sudah normal kembali.

“BI juga harus mewaspadai tingkat inflasi di Bali dengan melibatkan seluruh stakeholder dan masyarakat. Berbagai hal diupayakan seperti ketersediaan kebutuhan sehari-hari masyarakat terutama beras dan komoditas lainnya yang harganya masih relatif tinggi apalagi beberapa bulan ini banyak perayaan hari besar keagamaan yang berlangsung secara berturut-turut,” sebut Erwin.

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, GA Diah Utari menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Bali tersebut diprakirakan ditopang oleh perbaikan kinerja lapangan usaha utama di Bali khususnya lapangan usaha pertanian seiring membaiknya fenomena El Nino. Disamping itu, perbaikan kinerja lapangan usaha perdagangan sejalan dengan peningkatan konsumsi dan optimisme masyarakat.

Diah menambahkan, Survei Bank Indonesia terhadap optimisme masyarakat terhadap perekonomian Bali pada 2024 menunjukkan hasil yang positif sebagaimana tercermin baik dari sisi pelaku usaha maupun sisi konsumen.

Menurutnya, dorongan kinerja lapangan usaha konstruksi, dipengaruhi oleh penambahan jumlah konstruksi proyek strategis pada 2024, turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Bali.

“Proyek multiyears seperti Pusat Kebudayaan Bali (PKB) dan Jalan Tol Jagat Kerthi merupakan proyek strategis yang sebenarnya memiliki daya ungkit yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali ke depan. Kami masih menunggu perkembangan proyek tersebut selanjutnya,” jelasnya.

Di sisi lain, kunjungan wisatawan diprakirakan akan terus meningkat meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya, tercermin dari optimisme berbagai maskapai baik domestik maupun internasional yang melakukan penambahan rute baru ke Bali.

Diah Utari menambahkan, menguatnya pertumbuhan ekonomi Bali didorong oleh sektor pariwisata, seperti akmamin dengan pangsa sebesar 20,43% (yoy), pertanian 14,06% (yoy) transportasi 9,85% (yoy), kontruksi 9,68% (yoy), dan perdagangan sebesar 9,11% (yoy).

“Kalau kita bandingkan per sektor, sektor yang terkait dengan pariwisata seperti akmamin, transportasi, perdagangan, ini mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali” jelas Diah Utari.

Sementara itu, sektor Lapangan Usaha Pertanian menunjukan peningkatan positif, karena diperkirakan El Nino berakhir di tahun 2024.

Dari segi pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki pangsa terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 51,59% (yoy).

“Meski tumbuh melambat di triwulan IV karena kenaikan harga komoditas bahan pokok, akan tetapi konsumsi RT menopang pertumbahan ekonomi,” imbuhnya.

Di sisi lain investasi di Bali mengalami pertumbuhan yang tinggi sebesar 8,69% (yoy) yang dipengaruhi oleh percepatan penyelesaian proyek menjelang Pemilu.

Selain itu juga adanya perbaikan kondisi ekonomi yang memberikan keyakinan bagi pelaku usaha untuk melakukan investasi, sehingga memicu pertumbuhan investasi yang cukup tinggi pada triwulan IV tahun 2023.

Sementara konsumsi pemerintah masih kontraksi karena adanya penyaluran realisasi belanja bansos. Untuk ekspor impor tumbuh lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya.

Untuk menekan laju inflasi, Bank Indonesia bersinergi dengan pemerintah daerah dengan menciptakan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan Perumda.

Terkait program Serambi Rupiah, Advisor Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Butet Linda Panjaitan menjelaskan, tujuannya untuk mendukung Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) melalui Rupiah serta upaya BI untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah sebagaimana siklus tahunan Ramadhan dan Idul Fitri (RAFI).  

“Tahun 2024 ini, BI proyeksikan kebutuhan uang Rupiah sebesar Rp3,27 triliun. Sebanyak 29 Bank Umum (BU) di Bali disiapkan sebagai layanan penukaran uang selama periode RAFI 2024. Layanan mencakup 208 titik yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota,” sebut Butet.  (lan)

Post a Comment

Previous Post Next Post