Perspectives News

Halal Bi Halal, Wayan Koster Ingatkan Kerukunan Antarumat Beragama Modal Utama Membangun Bali

 

Wayan Koster dan Cok Ace serta tokoh berbagai agama foto bersama saat halal bi halal yang diselenggarakan Bali Open Mind Institute di Hotel Harris Denpasar, Selasa (30/4/2024) malam. (Foto: djo)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS – Kerukunan antarumat beragama yang telah tercipta sedemikian rupa, hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan karena hal tersebut merupakan salah satu modal utama dalam membangun Bali.

Penegasan itu disampaikan Ketua DPD PDI Perjuangan Bali Wayan Koster saat halal bi halal bersama umat Muslim seluruh Bali, yang dihadiri pula oleh umat non Muslim di Hotel Harris Denpasar, Selasa (30/4/2024) malam.

“Di Bali tidak saja terdapat orang ber-KTP Bali, namun juga luar Bali sehingga memerlukan kehidupan yang harmonis terlebih Bali dikenal sebagai pulau pariwisata,” ucap Wayan Koster pada halal bi halal yang diselenggarakan oleh Bali Open Mind Institute itu.

Pada halal bi halal dengan topik “Meneguhkan Persaudaraan dalam Bingkai Keberagaman”, Gubernur Bali periode 2018-2023 ini mengatakan, membangun kembali pariwisata Bali diperlukan situasi kondusif ditandai antara lain meningkatnya kerukunan antarumat beragama dan kehidupan beragama yang harmonis.

“Yang mau ke pura, silakan ke pura, yang ke masjid silakan ke masjid, yang hendak ke gereja ya silakan karena agama itu tak ada yang buruk sehingga tak perlu dipertentangkan satu sama lain, kalau ada yang jelek, itu orangnya. Prinsip-prinsip ini harus dihidupkan di Bali dan harus menjadi contoh dalam kehidupan yang beragam,” tuturnya.

Koster mengaku telah melakukan prinsip-prinsip seperti itu saat menjadi Gubernur Bali 2018-2023, di mana dalam membangun Bali tidak melihat KTP-nya (darimana berasal) sepanjang tidak merusak Bali dan memiliki tekad membuat Bali lebih baik, dipersilakan.

Koster melanjutkan, Bali harus memberikan harapan dan optimisme bagi masa depan masyarakatnya. Dalam konteks ini, lanjut dia, diperlukan kebersamaan dan bersatu menjaga Bali. Jika semua dilakukan maka perekonomian Bali akan tumbuh. Sebaliknya jika kebersamaan dan persatuan tidak terjaga maka pertumbuhan ekonomi akan terganggu.

Sayangnya ketika pembangunan ekonomi Bali sedang gencar-gencarnya dilakukan, kata Koster, Indonesia terkena pandemi Covid-19. “Covid-19 pertama kali masuk Bali pada 10 Maret 2020, saya berlakukan darurat saat itu dan melakukan berbagai upaya bersama semua elemen masyarakat,” imbuhnya.

Saat Covid-19 melanda Bali, ucap Koster, ekonomi yang sudah dibangunnya menjadi berantakan. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% yang dicapai tahun 2019, anjlok menjadi minus 9,3%. Begitu pula kedatangan wisatawan khususnya asing ke Bali, sama sekali tidak ada padahal ditargetkan sebelum Covid-19 sebanyak 6,3 juta wisman masuk Bali.

Beruntung, lanjut Koster, usaha bersama dengan semua elemen masyarakat untuk mengendalikan Covid-19 berhasil dilakukan. Awal 2022, kata dia, Covid-19 mulai landai dan terkendali. Karena itu, Koster kemudian membuka kembali wisatawan datang ke Bali tanpa karantina.

Ia melanjutkan, sejak saat itu ekonomi Bali mulai pulih. Sebagai daerah yang mengandalkan pendapatannya 54% dari pariwisata, sejak Maret 2022 tidak kurang 500 wisman datang ke Bali per hari hingga bulan Desember telah mencapai 2,1 juta orang. Sedangkan targetnya sendiri yakni sebanyak 6,3 juta orang atau setara 15 ribu orang per hari.

“Saat ini tidak kurang dari 13 ribu sampai 14 ribu wisatawan datang ke Bali per hari, jalan-jalan sudah padat, bahkan macet, ekonomi Bali pun tumbuh 5,7% (tahun 2023). Ini sungguh menggembirakan,” pungkas Koster. (djo)

 

Post a Comment

Previous Post Next Post