Perspectives News

Kultur di PDIP Petahana Punya Kans, Ini Saran Pengamat untuk Perkokoh Posisi Koster di Pilgub 2024

 

Prof. Dr. I Nengah Dasi Astawa, M.Si

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak akan digelar November 2024 mendatang. Sejumlah partai telah menyusun strategi merebut kursi nomor satu Provinsi Bali termasuk kabupaten dan kota di Bali.

Tak terkecuali Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) besutan Megawati Soekarnoputri. Sebagai partai pemenang pemilu di Bali, PDIP tak mau kalah dalam perebutan kursi, gubernur, bupati dan wali kota.

Khusus untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali, aspirasi rakyat sudah muncul melalui DPC se-Bali yang secara bulat mengusul nama I Wayan Koster sebagai “nakhoda kapal”  lima tahun ke depan, 2024-2029.

Munculnya nama Wayan Koster melalui aspirasi DPC memang tidak salah. Mengapa? Putra kelahiran Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng ini adalah kader senior partai, incumbent (petahana) dan Ketua DPD PDIP Bali.

Namun di atas segalanya, hak prerogatif Ketua Umum PDIP  Megawati Soekarnoputri yang memastikan siapa kader PDIP Bali yang pantas menerima rekomendasi dari Sang Ketua Umum untuk bertarung di  Pilgub Bali November 2024.

Pengamat Kebijakan Publik yang juga Direktur Politeknik elBajo Commodus, Prof. Dr. I Nengah Dasi Astawa, M.Si punya pandangan tersendiri tentang petahana Wayan Koster.

Ditemui di kediamannya pada Jumat (19/4/2024), Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Wilayah VIII ini, mengatakan Wayan Koster punya kans besar menjadi Gubernur Bali lima tahun ke depan.

Prof Dasi Astawa menyarankan bila Wayan Koster maju lagi maka teori trickle down effect mesti dijawab dengan peluang dan kesempatan kerja.  Menurutnya, bila peluang dan kesempatan kerja tidak ada, maka trickle down efect tidak muncul karena teori ini harus diukur.

“Selain itu harus memperhatikan apa yang dibutuhkan anak muda. Karena anak muda adalah pewaris dan pemilih terbesar. Yang kedua gender. Itu saran saya. Perhatian kepada gender perlu langkah yang konkret,” sarannya.

Menurut Dasi Astawa, ada tiga saran yang ia sampaikan kepada calon petahana (Wayan Koster-red) kalau maju lagi. Mungkin juga sudah dilakukan lima tahun lalu, dan kalau belum, tolong dijelaskan atau mulai dijelaskan kepada publik melalui media massa agar masyarakat tahu apa yang sudah dikerjakan petahana.

“Hari hari ini dan seterusnya, Pak Koster secara rigid dan detail menjelaskan kepada publik melalui media massa pencapaian selama lima tahun baik di bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli. Itu yang dirasakan masyarakat,” sarannya.

Dan yang kedua, sebagai petahana harus dipikirkan apa kebutuhan anak muda sebagai estafet dan pemilih terbesar. Karena lanjutnya, selama tahun kemarin, Koster mungkin sudah melakukan. Kalau sudah,  itu mesti dijelaskan tentang program untuk anak muda.

“Tolong dijelaskan atau mulai dijelaskan. Kalau belum, diprogramkan. Kalau belum dilakukan selama lima tahun kepemimpinan harus diprogramkan. Kalau sudah dijelaskan,” ujarnya.

Dan  yang ketiga, menurut Dasi Astawa,  persoalan gender dan manula harus menjadi perhatian dan diprogramkan. Program program manula terutama kesejahteraan dan kesehatan manula harus dijadikan program termasuk membuat program untuk gender.

“Bagaimana agar perempuan tidak terpinggirkan. Karena pemilih perempuan itu 51 persen, dominasi pemilih adalah perempuan dan generasi muda. Komposisi pemilih adalah wanita dan generasi muda. Oleh karena itu Pak Koster mesti menjelaskan secara detail dan rigid program yang telah dilakukan dan akan dilakukan,” sebutnya.

Menurutnya, tiga point itu disampaikan apabila petahana (Pak Koster) mau maju lagi. “Dan beliau punya peluang untuk maju lagi sangat besar. Kenapa? karena, Pak Koster itu incumbent, kader senior dan Ketua DPD PDIP Bali,” tegasnya.

Ketika ditanya apakah Koster berpeluang mendapat rekomendasi dari PDIP? Pria yang sehari hari menghabiskan waktunya di Labuan Bajo itu mengatakan sangat berpeluang.

“Dalam tradisi PDIP yang saya amati (semoga tak salah) incumbent pasti diberikan kepercayaan untuk maju lagi. Dan jangan ditanya atau berpikir berpasangan dengan siapa siapa dulu. Lebih baik berpikir, Koster berpeluang mendapat rekomendasi. Kalau di Tingkat lokal 100 persen berpeluang, karena semua DPC PDIP telah memberi rekomendasi. Semua kompak,” bebernya dengan semangat.

Ia  menjelaskan, apakah nanti berpeluang mendapatkan rekomendasi partai atau tidak, menurutnya, di kultur PDIP hak mutlak ada di tangan ketua umum.

“Sekarang untuk meyakinkan seratus persen mendapatkan rekomedasi dari Ibu Megawati, saya berpikir Pak Koster sudah tau, pak Koster kan "orang dalam". Bagaimana berkomunikasi dengan Ibu Mega saya pikir Pak Koster tahu cara berkomunikasi,” katanya. 

Soal Koster kembali berpasangan dengan Cok Ace secara formal di bawah kan sudah. Bahkan di grass root pun  sudah banyak tahu dan melihat Koster Ace selaras selama lima tahun.

Tapi apakah Koster disetujui dan Cok Ace juga disetujui? Atau kedua duanya tidak disetujui. Atau Koster saja atau Cok Ace saja. Atau Koster dengan yang lain, atau Cok Ace dengan yang lain. “Banyak kemungkinan. Dan itu dalam tradisi PDIP menjadi hak prerogatif  Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri,”ujarnya.

Sebagai petahana Pak Koster mesti merancang program Nangun Sat Kerthi Loka Bali plus dan Bali Era Baru plus. Karena menurutnya, dua program sudah menjadi program lima tahun lalu.

Dalam masa-masa seperti sekarang ini Pak Koster mesti menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang sudah dikerjakan melalui program Nangun Sat Kerthi Loka Bali termasuk program Bali Era Baru.

"Jadi kerja Pak Koster hari hari ini ialah secara terus menerus menjelaskan kepada masyarakat apa yang sudah dikerjakan melalui program Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan Bali Era Baru. Untuk apa? Untuk memperkokoh posisi Pak Koster agar diterima di masyarakat. Jadi kerja Pak Koster sekarang ini adalah menjelaskan pencapaian lima tahun memimpin,” tandasnya (*)

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post