Salah satu kesenian yang ditampilkan pada pembukaan Seleksi Tilawatil Qur'an dan Musabaqah Al Hadis (STQH) XXVIII dan Festival Seni Budaya Islam (FSBI) III Provinsi Bali, Sabtu (12/7/2025). (Foto: Panitia)
BULELENG,
PERSPECTIVESNEWS - Seleksi Tilawatil Qur'an dan Musabaqah Al Hadis (STQH)
XXVIII dan Festival Seni Budaya Islam (FSBI) III Provinsi Bali Tahun 2025
menegaskan bahwa umat Islam di Bali memiliki kontribusi aktif dan konstruktif
dalam memperkaya khazanah budaya, menjaga tenun kebhinnekaan, dan memperkokoh
harmoni sosial di Pulau Dewata.
Hal itu disampaikan Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam
sambutan tertulis dibacakan Kepala Badan Kesbangpol Bali, I Gede Suralaga, saat
membuka STQH XXVIII dan FSBI III Provinsi Bali Tahun 2025 di MAN Buleleng, Desa
Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Sabtu (12/7/2025).
“Kehadiran umat Islam di Bali bukan sebagai entitas yang
terpisah, melainkan sebagai bagian utuh dari masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai taksu, welas asih, dan persaudaraan sejati,” ujar Gubernur Bali.
Dikatakan, STQH dan FSBI ini bukan sekadar forum seleksi
tilawah atau panggung seni budaya Islam, tetapi merupakan ruang yang sangat
bernilai dalam membina generasi Qur'ani, memperkuat spiritualitas, serta
menumbuhkan semangat toleransi dan harmoni antarumat beragama.
Kegiatan seperti ini menjadi wahana penting dalam merawat
kebudayaan dan spiritualitas yang inklusif. Di dalamnya tersimpan ruang dialog
yang hidup antara tradisi Islam dan kearifan lokal Bali, yang saling memperkaya
dan memperhalus rasa kemanusiaan.
Menurutnya, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan
syair-syair Islami yang menggema hari ini bukan hanya melatih kemahiran baca
dan seni, tetapi juga menyucikan batin, memperdalam pemahaman nilai-nilai
luhur, serta membuka cakrawala peradaban yang berlandaskan kasih sayang dan
keadaban.
Gubernur menegaskan Bali adalah tanah spiritual dan budaya,
tempat di mana harmoni, keindahan, dan kebhinnekaan hidup berdampingan. Dalam
konteks ini, nilai estetika dan etika Islam yang ditampilkan dalam kegiatan ini
justru memperkaya lanskap budaya Bali, menghadirkan wajah Islam yang sejuk,
santun, dan cerah. Ini menjadi fondasi penting dalam membentuk generasi muda
yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga lembut hati, terbuka
pikirannya, dan peka terhadap sesama.
“Kegiatan ini adalah implementasi nyata visi pembangunan
Bali: Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana
dalam Bali Era Baru. Visi ini mengandung makna menjaga kesucian dan
keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali
yang sejahtera dan bahagia, secara niskala-sakala,” terang Gubernur Bali.
Dijelaskan, visi
holistik tersebut berakar pada kearifan lokal Sad Kerthi, enam sumber utama
kesejahteraan dan kebahagiaan sejati-jatinya. Nilai-nilai ini diaktualisasikan
secara membumi dan kontekstual di setiap sektor pembangunan. Sad Kerthi
menegaskan bahwa pembangunan Bali harus dilandasi kesucian secara niskala untuk
meraih kemajuan secara sakala.
“Atma Kerthi, bermakna penyucian dan pemuliaan jiwa.
Tilawatil Qur'an dan penghayatan hadis menenangkan hati serta menumbuhkan
akhlak mulia serta pemuliaan jiwa yang hakiki,” jelas Gubernur seperti
dibacakan Gede Suralaga.
Jana Kerthi, bermakna penyucian dan pemuliaan manusia.
Pembinaan qari-qariah, hafizh-hafizhah, dan seniman muslim merupakan ikhtiar
memuliakan manusia melalui ilmu, karakter, dan budaya.
Wana Kerthi, bermakna penyucian dan pemuliaan
tumbuh-tumbuhan atau hutan. Islam mengajak manusia menjaga ciptaan Allah, nilai
ini menanamkan kesadaran ekologis agar kita hidup selaras dengan alam.
Danu Kerthi, bermakna penyucian dan pemuliaan sumber udara.
Kesucian air dalam wudhu mengingatkan kita pada kejernihan niat dan pikiran,
serta komitmen melestarikan sumber daya air.
Segara Kerthi, bermakna penyucian dan pemuliaan laut. Laut
melambangkan keluasan dan ketahanan, demikian pula kita diajak bersikap terbuka
dan kukuh menjaga kerukunan.
“Jagat Kerthi, bermakna penyucian dan pemuliaan alam
semesta. Suara tilawah dan seni Islami menebarkan energi positif, memperkuat
harmoni sosial, dan menjaga keseimbangan semesta,” tegasnya.
Dengan demikian, ujar Gubernur Bali, kegiatan ini tidak
hanya bernilai keagamaan dan kebudayaan, tetapi juga menjadi wujud nyata
implementasi visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui penguatan nilai-nilai
spiritual, kultural, dan sosial dalam bingkai Kebhinnekaan Indonesia. (r)