Suasana gladi mentor
PKKMB Prabhu Udayana 2025 yang berlangsung di salah satu ruang sidang Universitas
Udayana (4/8/2025). (Foto: Angga)
DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS - Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Udayana tahun 2025 yang akan berlangsung selama dua hari. Mengusung tema besar “Ksatria Abhipraya, Adhyastaning Dharma”. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pengenalan kampus, melainkan juga momentum strategis menanamkan nilai-nilai ketahanan (resilience) dan semangat Meng-Udayanakan Udayana yang menjadi satu dalam sebuah gerakan kultural untuk menjaga marwah universitas secara berkelanjutan.
Ketua Pelaksana Panitia Mahasiswa PKKMB 2025, I Ketut Indra
Adiyasa, Senin (4/8/2025), menjelaskan bahwa tahun ini PKKMB melibatkan lebih
dari 63 gugus mahasiswa baru yang berpotensi bertambah menjadi 67 seiring
proses registrasi ulang. Ia menekankan bahwa esensi dari kegiatan ini bukan semata
perkenalan, namun sebagai tonggak pembentukan identitas akademik.
"Resiliensi itu bukan sekadar bertahan, tapi bangkit
dan menjaga. Tema mengudayanakan Udayana kami terjemahkan menjadi semangat
menjaga almamater dalam bentuk aksi nyata, mulai dari teater edukatif hingga
deklarasi sumpah mahasiswa baru. Harapannya, sejak awal, mereka sadar bahwa
menjadi mahasiswa berarti memiliki tanggung jawab terhadap nama baik universitas,"
ujarnya.
Salah satu sesi penting tahun ini adalah “Suara Ksatria”,
dimana orasi perwakilan mahasiswa baru dari 13 fakultas yang dikurasi melalui
proses open recruitment sampai wawancara. Suara Ksatria tahun ini memberi ruang
ekspresi pada mahasiswa baru untuk menyuarakan kontribusi dan komitmen melalui
perspektif rumpun keilmuan mereka. Narasi orasi tetap berfokus pada tema
mengudayanakan Udayana, serta semangat membanggakan fakultas dan almamater.
Kegiatan PKKMB juga dirancang menyeluruh melalui rangkaian
pra-hari puncak, seperti Temu Pangus, Capacity Building, Mentoring, dan
Menjelajah Udayana secara virtual. Metode ini dinilai efektif dan efisien dalam
mengenalkan kampus tanpa kehilangan esensi edukatifnya.
"Tidak hanya di hari puncak. Resiliensi itu ditanamkan
sejak awal melalui pendampingan yang humanis. Pendamping gugus kami latih untuk
membangun relasi positif dan mendukung maba beradaptasi secara psikologis dan
sosial," jelas Indra.
Terkait stigma perpeloncoan yang masih melekat dalam benak sebagian
masyarakat serta mahasiswa baru, panitia dengan tegas membantah adanya praktik
semacam itu. "Budaya perpeloncoan di Unud sudah diputus sejak 2022.
Sekarang semua berjalan transparan. Koordinasi dengan dosen, DPM, dan tim
monitoring rektorat menjadi sistem kontrol utama. Tidak ada kekerasan fisik,
verbal, maupun simbolik," tegas indra.
Sementara itu, dari sisi Ketua Panitia dari pihak dosen, Dr.
I Nyoman Bagiastra, S.H., M.H., menegaskan bahwa filosofi utama PKKMB tahun ini
adalah mengembalikan mahasiswa pada jati diri sebagai insan akademik yang
menjunjung kebenaran dan pengabdian.
"Mahasiswa harus menjadi ksatria sejati berjuang dengan
niat suci dan menjadikan pengabdian sebagai tujuan. Karena itu kami menekankan
resiliensi sebagai pondasi utama, yaitu kemampuan adaptif, pemulihan dari
tekanan, serta ketahanan mental yang kokoh menghadapi kehidupan kampus dan
realitas sosial," jelasnya.
Dr. Bagiastra juga menyampaikan bahwa Universitas Udayana
memaknai resiliensi secara menyeluruh, mencakup aspek dukungan sosial, regulasi
diri, optimisme, serta kemampuan pemecahan masalah. Semua ini diberikan secara
bertahap agar mahasiswa mampu berkembang secara akademik sekaligus emosional.
Dengan konsep yang semakin matang dan komprehensif,
PKKMB-PRABHU UDAYANA 2025 diharapkan bukan hanya menjadi ajang seremonial
tahunan, tetapi titik tolak mahasiswa baru dalam perjalanan transformasi
akademik yang berkarakter dan bermakna. (angga)