Perspectives News

Belum Optimal Setahun, Mesin RDF Milik PT Wisesa Ditarik untuk Perbaikan

 

 


Mesin pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) milik PT Wisesa Global Solusindo yang terpasang di TPA Peh, Banjar Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, bakal ditarik kembali oleh pihak perusahaan. (Foto: Hms Jbr) 

JEMBRANA, PERSPECTIVESNEWS- Mesin pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) milik PT Wisesa Global Solusindo yang terpasang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Peh, Banjar Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, rencananya akan ditarik kembali oleh pihak perusahaan.

Langkah tersebut diambil karena mesin yang didatangkan sejak Bulan Juli 2024 itu tidak beroperasi secara optimal.

Sejak tiba di Jembrana, mesin RDF tersebut hanya berfungsi sekali. Selanjutnya tidak optimal  karena terkendala pada kebutuhan bahan baku sampah kering, sementara fasilitas pendukung seperti hanggar penyimpanan belum tersedia.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jembrana, I Dewa Ary Candra Wisnawa, membenarkan adanya rencana penarikan mesin oleh pihak perusahaan.

“Mesin RDF itu memang sejak datang baru sempat beroperasi sekali. Kendalanya pada kebutuhan sampah kering, sementara saat itu Pemkab belum memiliki hanggar atau tempat penampungan yang memadai,” jelasnya, Jumat (17/10/2025).

Menurut Ary, Pemkab Jembrana tidak mengembalikan mesin tersebut, namun pihak PT Wisesa Global Solusindo sebagai pemilik berinisiatif untuk menariknya sementara guna dilakukan servis dan perawatan di Jakarta. Sedangkan untuk PKS dengan PT Wisesa sampai saat ini juga masih berlaku.

“Pihak perusahaan sempat datang ke kantor kami. Mereka menyampaikan bahwa karena mesin belum dipakai, akan dibawa ke Jakarta dulu untuk diperbaiki dan dirawat. Kami memahami itu, karena kalau dibiarkan di sini tanpa beroperasi juga akan rusak,” ujarnya.

Ia menambahkan, kendala utama mesin RDF adalah kebutuhan sampah kering dengan tingkat kelembapan sangat rendah. Kondisi tersebut sulit dipenuhi, terutama saat musim hujan.

“RDF itu tidak bisa bekerja maksimal jika bahan bakunya basah. Kalau terkena hujan, proses produksinya jadi percuma,” jelasnya.

Meski demikian, lanjut Ary, Pemkab Jembrana memastikan sistem pengolahan sampah berbasis RDF tetap akan diterapkan. Saat ini, pemerintah sedang membangun hanggar baru sekaligus menunggu pengadaan mesin RDF bantuan dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi Bali.

“Kami sedang menyiapkan solusi. Saat ini sedang dibangun hanggar. Mesin RDF bantuan dari BKK Provinsi Bali juga sedang dalam proses pengadaan. Rencananya, pada akhir Desember nanti akan diuji coba terlebih dahulu,” terangnya.

Nantinya, imbuh Ary, Pemkab akan mengevaluasi efektivitas mesin RDF baru tersebut. Jika hasilnya memadai, kemungkinan mesin milik PT Wisesa tidak lagi diperlukan.

“Setelah uji coba, baru kami putuskan apakah akan tetap menggunakan mesin RDF dari PT Wisesa sebagai pendukung, atau cukup dengan mesin baru dari BKK Provinsi Bali,” pungkasnya. (humasJ)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama