BI Bali menyelenggarakan diseminasi perkembangan ekonomi dan kebijakan terkini melalui event bertajuk ‘BALINOMICS’, Selasa (17/10/2025), di Gedung BI Bali, Denpasar. (Foto: Ist)
DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Kepala Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja menegaskan, pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Bali masih tumbuh solid pada triwulan II 2025 mencapai 5,95%, lebih
tinggi dari nasional.
“Kinerja ini utamanya ditopang oleh sektor pariwisata yang
terus mengalami pemulihan dan berdampak pada sejumlah lapangan usaha, seperti
akomodasi makan minum, konstruksi, perdagangan, maupun transportasi dan
pergudangan,” terang Erwin saat memberikan sambutan di kegiatan diseminasi perkembangan ekonomi dan
kebijakan terkini melalui event bertajuk ‘BALINOMICS’, Selasa (17/10/2025), di Gedung BI Bali, Denpasar.
Dalam pengantarnya, Erwin
Soeriadimadja menyampaikan perkembangan ekonomi terkini dan pembahasan topical
issues yang berkembang di daerah.
Melalui penyampaian perkembangan ekonomi dan kebijakan
terkini diharapkan dapat menjadi fondasi percepatan transformasi ekonomi
daerah, khususnya di Provinsi Bali.
Disebutkan, hal ini selaras dengan hasil keputusan Rapat
Dewan Gubernur pada September 2025, dengan upaya bersama untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dengan menjaga tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan
2026 dalam sasaran 2,5±1% dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya.
Prospek perekonomian global masih belum kuat dengan adanya
penerapan tarif resiprokal AS dan ketidakpastian yang masih tinggi diprakirakan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara melambat.
Turunkan BI Rate
Erwin menuturkan, hingga September 2025, Bank Indonesia
telah menurunkan BI Rate menjadi 4,75%. Penurunan ini merupakan kelanjutan dari
kebijakan yang telah dilakukan sejak 2024 sebagai respons untuk penguatan daya
beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
Terdapat 4 (empat) strategi yang menjadi fokus utama
memperkuat pertumbuhan ekonomi domestik, khususnya Provinsi Bali yaitu (1)
akselerasi investasi melalui proyek strategis dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
sebagai new engine of growth pertumbuhan ekonomi daerah, (2) strategi
pariwisata berkualitas dimana Quality Tourism menjadi aspek penting mengingat
pariwisata Bali menyumbang 64,29% devisa pariwisata nasional, (3) peningkatan
produktivitas sektor pertanian, serta (4) penetrasi dan akselerasi digitalisasi
pembayaran yang efisien dan inklusif di daerah perkotaan dan nonperkotaan.
Langkah-langkah strategis tersebut diharapkan dapat memperkuat
fondasi pertumbuhan ekonomi Bali yang inklusif dan berkelanjutan, sejalan
dengan arah kebijakan nasional dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan mempercepat transformasi digital di seluruh daerah.
Sementara itu, pembahasan topical issues kedaerahan
disampaikan Butet Linda, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.
Dikatakan, kondisi kepercayaan investor terhadap prospek
ekonomi Bali tetap solid di tengah tantangan global.
“Perkembangan investasi di Bali telah mencapai 52,60% on
track terhadap target. Terdapat 2 (dua) KEK di Bali yaitu KEK Sanur dan KEK
Kura-Kura yang masuk ke dalam realisasi investasi terbaik secara nasional pada
2024, dengan dampak penyerapan tenaga kerja cukup besar.
Melalui capaian tersebut Bank
Indonesia menilai investasi berbasis kawasan dan infrastruktur strategis
menjadi penggerak utama ekonomi Bali ke depan yang sejalan dengan arah
kebijakan dalam meningkatkan daya dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan inklusif.
Sektor pariwisata masih menjadi sektor unggulan dalam
menopang pertumbuhan ekonomi di Bali. Sejalan dengan hal tersebut arah
pengembangan Quality Tourism perlu diperkuat.
”Berbagai langkah konkret telah dilakukan oleh Bank
Indonesia, tentunya melalui penguatan Quality Tourism. Ke depan terdapat
beberapa strategi diantaranya manajemen kunjungan di Destinasi Tujuan Wisata
(DTW) melalui system tiket digital dan digitalisasi batas kunjungan harian
berbasis data carrying capacity, pengembangan aplikasi terintegrasi seperti
Love Bali, penguatan dan optimalisasi Forum Diskusi Pusat Daerah, serta
mendorong investasi tersier baru ke non-Sarbagia,” ujar Butet.
Dukungan dan optimisme tersebut, mendukung perekonomian
Provinsi Bali. Pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh kuat di
atas titik tengah kisaran 5,0%-5,8%(yoy).
Arah pertumbuhan ini mencerminkan semakin solidnya momentum
pemulihan ekonomi pasca pandemi, turut didukung oleh progam unggulan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang bersinergi dengan Pemerintah
Daerah, diantaranya Bali Jagaditha, Baligivation, Bali Investment Challenge,
Event QRIS Nasional dan QRIS Summer Run, serta yang akan datang Bali Green
Economic Forum.
Terkait strategi digitalisasi sistem pembayaran disampaikan
langsung oleh Yusuf Wicaksono, Ekonom Ahli dan Nindy, Kepala Tim Implementasi
Kebijakan SP & PUR.
Terdapat 4 (empat) area akselerasi penetrasi digital, yaitu digitalisasi
bantuan sosial (bansos), transportasi, transaksi pemerintah daerah, dan
ekosistem pariwisata.
Perkembangan dari sisi supply, tercermin dari kesiapan
infrastruktur digital BI Bali yang secara umum sudah tergolong baik. Namun
demikian, masih terdapat titik-titik blankspot terutama di kawasan wisata
seperti daerah wisata Pandawa dan Nusa Dua, sehingga perlu dorongan untuk
pemerataan penetrasi digital baik melalui penguatan infrastruktur.
Selain itu juga dilakukan sosialisasi berbasis komunitas
untuk meningkatkan literasi digital.
Dari sisi demand, akseptansi dan perkembangan ekosistem
digital terus menunjukkan peningkatan.
Perkembangan transaksi QRIS per Agustus 2025 mencapai 1,1
juta, tumbuh 4,7% (yoy), merchant mencapai 1 juta merchant, yang tumbuh 16,2%
(yoy).
”QRIS Cross Border juga semakin meningkat, menandakan
wisatawan yang berkunjung ke Bali juga semakin aware akan penggunaan QRIS,”
ujar Nindy.
Dengan adanya perkembangan ekosistem digital, baik supply dan
demand mendukung perkembangan pariwisata Bali yang semakin maju dan berkualitas.
Kombinasi investasi yang produktif, pariwisata berkualitas,
peningkatan produktivitas pertanian, serta percepatan digitalisasi ekonomi
daerah akan menjadi fondasi utama dalam menjaga momentum pertumbuhan Bali.
Melalui sinergi yang kuat antara kebijakan pusat dan daerah
serta fokus pada penguatan ekonomi domestik, Bank Indonesia meyakini
perekonomian Bali akan tumbuh kuat, inklusif, dan berkelanjutan. (lan/rls)