Gubernur Koster menerima BKSAP DPR RI yang melakukan kunjungan kerja ke Bali, Kamis (23/10/2025), di Gedung Sabha, Jayasabha, Denpasar. (Foto: Hms Prov. Bali)
DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Gubernur Bali Wayan
Koster menerima Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI yang melakukan
kunjungan kerja ke Bali, Kamis (23/10/2025), di Gedung Sabha, Jayasabha,
Denpasar.
Kunjungan bertema “Diplomasi Budaya dan Pembangunan Lestari”
itu menyoroti peran strategis Bali sebagai ujung tombak diplomasi pariwisata
Indonesia dan penyumbang devisa terbesar bagi negara.
Dalam kesempatan ini, BKSAP DPR RI meminta pemerintah pusat
memberikan perhatian khusus untuk Bali.
Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera menyatakan dukungan
penuh terhadap penguatan kekhususan Bali, termasuk keberlanjutan regulasi yang
melindungi nilai-nilai budaya dan lingkungan Pulau Dewata.
“Secara umum, kami sangat mendukung kekhususan Bali dengan
peraturan yang memperkuat eksistensi dan kelestariannya. Bali bukan hanya
indah, tapi juga berperan penting dalam diplomasi budaya Indonesia,” ujar
Mardani.
Anggota BKSAP dan juga Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI
Perjuangan, Irene Yosiana menambahkan
bahwa Bali perlu mendapatkan perlakuan khusus dari pemerintah pusat mengingat
kontribusinya terhadap devisa nasional.
“Faktanya, sekitar tujuh persen dari total devisa nasional
berasal dari Bali. Namun, investasi asing justru sering menyulitkan masyarakat
lokal. Kami ingin arah pariwisata Bali ke depan benar-benar sustainable
dan berpihak pada rakyat,” ujarnya.
Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam paparannya menegaskan
pentingnya dukungan pemerintah pusat terhadap pembangunan infrastruktur dan
kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan budaya serta lingkungan di
Bali.
“Bali kecil, tapi 'khasiat'nya besar. Kami menyumbang lebih
dari 53 persen devisa pariwisata nasional. Namun infrastruktur ke daerah wisata
seperti Bali justru kurang mendapat perhatian. Kami mohon timbal balik yang
sepadan, bukan lebih,” tegas Koster di hadapan Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali
Sera, dan anggota lain yang hadir.
Menurut data yang dipaparkan Koster, hingga Oktober 2025
jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Bali mencapai 5,7 juta orang, dan
diperkirakan menembus 7 juta orang pada akhir tahun.
Tahun sebelumnya, Bali mencatat 6,9 juta wisatawan dengan
devisa pariwisata mencapai Rp167 triliun, atau 53 persen dari total devisa pariwisata
nasional yang mencapai Rp312 triliun.
“Spending money wisatawan di Bali jauh di atas
rata-rata nasional, mencapai 1.630 dolar AS per wisatawan. Ini menunjukkan
keunggulan Bali sebagai destinasi premium dunia,” tambahnya.
Namun, Koster menyoroti tantangan yang masih dihadapi, mulai
dari keterbatasan infrastruktur, pengelolaan sampah, hingga ketimpangan fiskal
antara kontribusi Bali dengan alokasi anggaran pusat.
“Kalau tidak ada infrastruktur memadai, daya saing Bali bisa
turun dan kalah dengan Malaysia atau Thailand. Karena itu kami terus membenahi
transportasi dan pengolahan sampah, termasuk membangun waste to energy,”
jelasnya.
Selain ekonomi, Gubernur Koster juga menegaskan arah
pembangunan Bali yang berlandaskan tiga pilar utama: alam, manusia, dan budaya.
Melalui konsep Ekonomi Kerthi Bali, pemerintah daerah mendorong transformasi
menuju pertanian organik, energi bersih, industri lokal berdaya saing, serta
pariwisata berbasis budaya dan lingkungan.
“Budaya adalah hulunya, pariwisata hilirnya. Kalau budaya
dijaga, pariwisata akan datang dengan sendirinya. Kami ingin pembangunan Bali
satu pulau, satu pola, satu tata kelola,” ujar Koster.
Sementara itu, Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus
Agung Partha Adnyana, menekankan pentingnya perhatian DPR RI terhadap
pembangunan berkelanjutan di Bali.
“Bali tidak perlu promosi besar-besaran, tapi perlu branding
yang menonjolkan kelestarian lingkungan dan budaya. Isu sustainability harus
jadi wajah utama pariwisata Bali,” katanya.
Kunjungan BKSAP DPR RI ini diharapkan memperkuat posisi Bali
dalam diplomasi budaya dan ekonomi global, sekaligus membuka ruang sinergi
antara pusat dan daerah untuk memastikan keberlanjutan pembangunan Pulau Dewata,
bukan hanya sebagai destinasi wisata dunia, tetapi juga simbol harmoni antara
alam, manusia, dan budaya. (hum/*)
