Isu Laut Tercemar Sampah di Bali Jadi Bahasan BOD ke-3 Tahun 2026

 

 


(Kikan) Ketua Dewan Pembina SBS Foundation, Paul Tanjung Tan, Kepala Divisi Kemitraan & Hubungan Investor, Okki Soebagio, Ketua Dewan Pengurus SBS Foundation, Yoke Darmawan, Sekretaris Jenderal SBS Foundation, Pascal Philippe sekaligus Direktur Program Bali Ocean Days dan Kepala Divisi Pemasaran & Hubungan Komunitas, Robert Ian Bonnick. (Foto: perspectives)


BALI, PERSPECTIVESNEWS- Laut dan pantai yang tercemar akibat sampah (kiriman-red) di Bali menjadi salah satu isu bahasan dalam pertemuan tahunan Bali Ocean Days (BOD) 2026 yang berlangsung pada 30-31 Januari 2026, di InterContinental Bali Resort, Jimbaran.


Ketua Dewan Pembina SBS Foundation, Paul Tanjung Tan saat presscon terkait penyelenggaraan BOD, di Dwa Chandra, Pejeng, Ubud, Gianyar, Selasa (11/11/2025) menegaskan, sampah di laut apakah itu kiriman dan sebagainya, telah menjadi problematika dunia dan mengglobal (boarderless).


“Tapi itulah misi kita, menghentikan sampah plastik. Dan dari kejadian 9 September dengan banjir dan korban jiwa di Bali, sangat disebabkan oleh sampah. Kita tidak berbicara tentang sampah kiriman. Kita tak bisa melempar tanggung jawab kepada orang lain. Ini menjadi masalah diri kita sendiri. Ini masalah serius, harus ditangani secara serius dan bersama-sama,” ungkapnya menjawab perspectivesnews.com.


Bahkan, lanjut Paul, sudah ditemukan polusi mikro plastik di kedalaman 5000 meter di dalam laut yang ditemukan dengan robot.


“Sekitar 2-3 bulan yang lalu, sudah ditemukan mikro plastik di dalam makanan seperti, telur, daging dan ikan, meskipun apa yang kita makan itu tidak bersentuhan dengan sampah plastik, Jadi ini masalah yang sangat besar. Kami jujur tidak kuat kalau harus berjuang sendiri. Kita semua harus bersama, tidak bisa sendiri. Misi utama dari Bali Ocean Days adalah gerakan akuntabilitas dan inovasi agar solusi untuk laut benar-benar terwujud, bukan sekadar janji,” sambung Paul.


Sementara itu Ketua Dewan Pengurus SBS Foundation, Yoke Darmawan menyampaikan, BOD ini bukan sekadar konferensi, tetapi forum tahunan yang menegaskan komitmen terhadap aksi nyata bagi laut dan melaporkan kemajuan yang telah dicapai sejak edisi sebelumnya.


“Momentum ini juga kesempatan untuk menggabungkan inisiatif keunggulan kementerian kelautan dan perikanan. Tugas kita membawa orang-orang yang tak hanya memiliki passion tapi juga memiliki kapasitas dan kualitas untuk bisa mendukung banyak sains,” jelas Yoke.


Ditambahkan Yoke, sebagai jantung Nusantara dan Coral Triangle, Bali menjadi simbol warisan budaya sekaligus penjaga laut.


“Kami sangat mendukung dan mengapresiasi pemimpin di Bali yang memberlakukan aturan ketat penanganan sampah plastik di laut,” tuturnya.


Sebagai Platform Internasional dari Indonesia


BOD 2026 yang diselenggarakan Yayasan Sky Blue Sea (SBS) Foundation ini bakal dihadiri 120 stakeholder yang terdiri dari gerakan komunitas pecinta lingkungan dari 8 negara dan akan menghadirkan latar inspiratif bagi para pemimpin global untuk bersama-sama merumuskan solusi nyata bagi masa depan laut dunia.


BOD mengusung tema “Navigating Solutions for a Regenerative Ocean Future”.


Acara ini menegaskan kembali posisinya sebagai platform internasional terdepan dari Indonesia untuk mendorong kesehatan laut, ketahanan iklim, dan pemberdayaan masyarakat pesisir.


Fokus utama BOD 2026 akan mempertemukan pejabat pemerintah, ilmuwan, wirausaha sosial, lembaga keuangan, serta perwakilan komunitas untuk mendorong komitmen nyata menjadi aksi terukur.


Presscon menghadirkan juga Sekretaris Jenderal SBS Foundation, Pascal Philippe sekaligus Direktur Program Bali Ocean Days, Kepala Divisi Kemitraan & Hubungan Investor, Okki Soebagio, Kepala Divisi Pemasaran & Hubungan Komunitas, Robert Ian Bonnick.  (lan)

 

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama