Kondisi memprihatinkan belasan KK dan sejumlah siswa di lingkungan Pendem, Kelurahan Pendem, Kecamatan/Kabupaten Jembrana. Mereka setiap hari harus menantang bahaya dengan menyeberangi jembatan bambu yang sudah usang, miring, dan nyaris ambruk demi dapat beraktivitas keluar masuk pemukiman. (Foto:Ist/Perspectives)
JEMBRANA, PERSPECTIVESNEWS- Kondisi memprihatinkan
terhadap belasan Kepala Keluarga (KK) dan sejumlah siswa di Lingkungan Pendem,
Kelurahan Pendem, Kecamatan/ Kabupaten Jembrana. Mereka setiap hari harus
menantang bahaya dengan menyeberangi jembatan bambu yang sudah usang, miring,
dan nyaris ambruk demi dapat beraktivitas keluar masuk pemukiman.
Jembatan rapuh ini merupakan satu-satunya akses vital bagi
sekitar 15 KK, termasuk para pelajar yang hendak berangkat dan pulang sekolah.
“Kalau dibilang takut, ya takut. Tapi mau bagaimana lagi,
ini jalan satu-satunya,” ujar Komang Agus Suriyadi, salah seorang warga, pada
Rabu (3/12/2025). Mirisnya, Komang Wirantini, seorang siswi SMP, turut
mengungkapkan bahwa ia dan teman-temannya harus bergiliran saat menyeberang
demi mencegah jembatan itu roboh.
Kepala Lingkungan Pendem, Nyoman Nala, menjelaskan bahwa
kondisi ini sudah berlangsung lama. Jembatan yang awalnya dibangun lebih dari
10 tahun lalu ini seringkali hanyut terbawa banjir. Alhasil, warga terpaksa
berulang kali membangun ulang secara swadaya, bahkan menghabiskan persediaan
bambu di sekitar sungai.
Ironisnya, saat banjir besar, warga dan anak-anak sekolah
terpaksa terisolir, tidak bisa menyeberang sungai, dan anak-anak tidak bisa
berangkat sekolah karena tidak ada akses lain.
"Kami beberapa kali sudah mengusulkan bantuan namun
sampai saat ini belum juga ada realisasinya," tegas Nala.
Warga kini sangat berharap Pemerintah Kabupaten Jembrana
segera turun tangan membangun jembatan permanen. Jika tidak, nyawa belasan KK,
terutama keselamatan para siswa, akan terus menjadi taruhan di atas jembatan
bambu yang sewaktu-waktu bisa ambruk. (dik)
