Perspectives News

BEM Unud Gelar Diskusi Guru Besar “Sang Pewahyu Rakyat”, Rumuskan Kajian Etika dan Kapitalistik Bali

Rektor Universitas Udayana Prof. I Ketut Sudarsana memberikan sambutan dalam Diskusi Guru Besar Sang Pewahyu Rakyat yang digelar BEM Unud di Ruang Senat Gedung Agrokomplek, Senin (6/10/2025). (Foto: Angga/Humas Unud)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana menggelar Diskusi Guru Besar Sang Pewahyu Rakyat pada Senin (6/10/2025), di Ruang Senat Gedung Agrokomplek Kampus Sudirman, Denpasar.

Acara ini dibuka langsung Rektor Universitas Udayana, Prof. I Ketut Sudarsana, dan dihadiri para guru besar, Kepala Biro Kemahasiswaan, Ketua Unit Pengembangan Ormawa, Ketua BEM, serta sejumlah undangan lainnya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari persiapan menuju forum Diskusi Publik Sang Pewahyu Rakyat 2025 pada 21 Oktober 2025 mendatang.

Ketua Panitia, Pande Putu Jiyestha Nugraha, dalam laporannya menjelaskan forum ini bertujuan untuk membahas dan menyusun kajian akademis yang akan menjadi dasar kegiatan publik tersebut.

“Hari ini kami berkumpul untuk mematangkan kajian akademis yang nantinya akan dibawa ke forum publik. Kami sadar panitia belum sepenuhnya pantas menyusun kajian yang mengatasnamakan Universitas Udayana, sehingga kami melibatkan para dosen dan guru besar untuk memberikan pandangan terhadap isu dan data yang kami angkat,” ujarnya.

Ia menambahkan, tahun ini tema yang diangkat ialah ‘Etika dan Kapitalistiknya dari Pulau Bali Itu Sendiri’, yang merefleksikan kondisi Bali di tengah pergeseran nilai moral dan budaya akibat dominasi orientasi ekonomi.

Sementara itu, Ketua BEM Unud, I Wayan Arma Surya Dharma Putra, menekankan bahwa Sang Pewahyu Rakyat merupakan forum akademik yang diharapkan mampu menghadirkan ruang diskusi antara mahasiswa, akademisi, dan pemangku kebijakan di Bali.

“Kami ingin agar forum ini menjadi wadah bagi Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi Bali untuk menyampaikan capaian serta membuka ruang evaluasi akademik dari kampus. Selain itu, kami juga berharap adanya interaksi aktif antara mahasiswa dan para profesor agar kajian ini memiliki legitimasi akademik yang kuat,” katanya.

Rektor Universitas Udayana, Prof. I Ketut Sudarsana, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif BEM yang menghadirkan forum intelektual yang kritis dan konstruktif.

Menurutnya, tema ‘Menelisik Bali dalam Dua Dunia: Antara Etika dan Kapitalistiknya’ merupakan refleksi mendalam terhadap arah pembangunan Bali yang kini berada di persimpangan antara nilai-nilai moral dan tuntutan ekonomi global.

“Forum ini menjadi bukti bahwa kampus bukan hanya mencetak lulusan, tetapi juga melahirkan gagasan besar untuk masyarakat. Kolaborasi antara guru besar, dosen, dan mahasiswa adalah kekuatan utama Universitas Udayana,” ujarnya.

Prof. Sudarsana juga menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi Bali, mulai dari komersialisasi budaya, fenomena overtourism, hingga kesenjangan sosial, degradasi lingkungan, dan disparitas pendidikan di wilayah tertinggal.

Menurutnya, perguruan tinggi harus hadir sebagai mitra strategis pemerintah daerah dengan menawarkan solusi berbasis ilmu pengetahuan.

“Saya berharap hasil kajian Sang Pewahyu Rakyat 2025 dapat menjadi masukan konstruktif bagi Pemerintah Provinsi Bali dan DPRD dalam merancang kebijakan yang berpijak pada etika, berpihak kepada rakyat, dan berorientasi pada keberlanjutan,” tegasnya.

Kegiatan ini menjadi wujud nyata kolaborasi antar generasi akademik di Universitas Udayana, yang tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan tinggi, tetapi juga sebagai pusat gagasan dan kritik membangun untuk kemajuan masyarakat Bali. (angga) 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama