Foto: (kiri ke kanan): I Gede Wayan Adinata (GM Nakula), Fredric Tanuwijoyo (Co-founder & CEO Z Bio), Christian Sunjoto (CEO Nakula), dan I Wayan Wirata (Sekretaris Desa Tibubiu).
BALI, PERSPECTIVESNEWS-
Nakula, salah satu perusahaan manajemen properti terkemuka di Bali, menghadirkan
pariwisata berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan meluncurkan pilot project
keberlanjutan di Amarta Beach Retreat, Tabanan.
Inisiatif ini memadukan desain
ramah lingkungan, inovasi teknologi, dan kolaborasi dengan masyarakat untuk
membentuk model pariwisata yang bisa diterapkan secara lebih luas.
Terletak di lahan seluas 12.000
meter persegi dan dengan hanya 40% area yang dikembangkan, Amarta mengedepankan
prinsip zero-waste sebagai fondasi.
Salah satu langkah utama adalah
kerja sama dengan Z Bio, start-up bioteknologi asal Bali yang mengolah limbah
makanan menjadi pakan ternak berprotein tinggi dan pupuk organik menggunakan
larva lalat tentara hitam (black soldier fly).
Kemitraan ini diperluas dengan
melibatkan Desa Tibubiu, yang mengajak warga dan pelaku usaha lokal
berkontribusi melalui bank sampah organik Amarta.
Dengan demikian, sistem sirkular
ini tidak berhenti di area resor, tetapi juga berkolaborasi dengan komunitas
desa.
Penggunaan larva lalat tentara hitam (black soldier fly) dalam mengelola limbah makanan. (Foto: Ist)
Sejak Desember 2024 hingga Juni 2025, Amarta bersama Z Bio berhasil mengelola lebih dari 1 ton limbah makanan. Upaya ini tidak hanya mengalihkan sampah organik dari TPA, tetapi juga mencegah emisi gas rumah kaca setara 2,1 ton CO₂, bentuk kontribusi pertanggungjawaban terhadap lingkungan.
Di luar Amarta, Z Bio saat ini
mengolah sekitar 2 ton limbah makanan per hari dari berbagai mitra di Bali,
menghasilkan kurang lebih 300 kilogram pakan ramah lingkungan.
Kapasitas ini akan ditingkatkan
hingga 12 ton per hari pada Desember 2025, memperlihatkan potensi besar solusi
black soldier fly untuk menjawab tantangan limbah organik di tingkat provinsi.
“Kami berharap langkah ini dapat
menginspirasi pelaku usaha lain di Tabanan, Bali, bahkan Indonesia untuk
melihat potensi solusi black soldier fly,” ujar Christian Sunjoto, CEO Nakula.
“Ini cara yang praktis dan
terbukti dapat mengelola limbah makanan dengan lebih bertanggung jawab. Kami
juga berharap pemerintah dapat mendukung gerakan ini, agar perubahan perilaku
bisa terwujud bersama,” harapnya.
Selain pengelolaan limbah, Amarta
juga berinvestasi pada energi bersih.
Bekerja sama dengan InniSolar,
resor ini telah memasang panel surya berkapasitas 45,8 kWp yang menghasilkan
sekitar 60.000 kWh energi setiap tahun dan mengurangi lebih dari 55.000
kilogram emisi CO₂.
Dari total tersebut, 19,4 kWp
didukung oleh Sustainable Energy Fund (SEF), sebuah program yang digagas
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama UNDP.
Kapasitas di Amarta akan
diperluas menjadi 72,4 kWp pada akhir 2025 dengan produksi sekitar 100 MWh
energi terbarukan setiap tahun. Selain itu, desain smart architectural
memaksimalkan pencahayaan alami dan sirkulasi udara.
Tamu juga dapat menikmati
pengalaman tanpa penggunaan plastik sekali pakai dengan fasilitas isi ulang di
seluruh resor, kebijakan yang berlaku di seluruh portofolio 77+ properti
Nakula.
“Bali menghadapi tantangan besar
dalam pengelolaan sampah, baik plastik maupun organik. Ini tanggung jawab
bersama, dan jika kita bergerak bersama, dampaknya akan jauh lebih nyata,”
tambah Christian.
Sejalan dengan komitmen “people
over profit”, 90% tim Amarta direkrut dari Tabanan, sementara 20% kebutuhan
pangan segar dipasok dari wilayah sekitar.
Amarta juga aktif mendukung
kegiatan budaya, mulai dari latihan tari tradisional untuk remaja, pertunjukan
seni bersama Sanggar Seni, hingga penyelenggaraan Amarta Art Festival.
“Keberlanjutan sosial dan budaya
sama pentingnya dengan lingkungan. Jika masyarakat tidak bisa hidup layak,
tidak akan ada yang peduli dengan sampah.” ujar Christian.
Bagi Nakula, keberlanjutan bukan
sekadar proyek jangka pendek, melainkan perjalanan panjang. “Mengukur
kontribusi kami terhadap lingkungan membuat tim lebih semangat untuk terus
berkembang,” jelas Christian.
Amarta mungkin menjadi pilot
project pertama Nakula, namun bukan yang terakhir. Tim sudah mulai menjajaki
bagaimana prinsip serupa dapat diterapkan di portofolio lainnya, termasuk
vila-vila stand alone, dengan pendekatan yang tetap melokal dan berbasis
kolaborasi jangka panjang.
“Kalau kita ingin pariwisata
tetap bertumbuh, kita harus menjaga apa yang membuat Bali selalu layak untuk
dikunjungi,” tutup Christian. (*)