Kondisi penyeberangan di Pelabuhan Gilimanuk - Ketapang. (Foto:ist/Perspectives)
KETAPANG, PERSPECTIVESNEWS- PT ASDP Indonesia Ferry
(Persero) memastikan kesiapan penuh menghadapi masa angkutan Natal 2025 dan
Tahun Baru 2026 melalui penguatan koordinasi dan layanan pada tiga lintasan
utama.
Tiga lintasan utama tersebut yang menghubungkan
Sumatera–Jawa–Bali: Merak–Bakauheni, Ketapang–Gilimanuk, serta jalur pendukung
yang menopang konektivitas logistik dan mobilitas nasional.
Fokus utama ASDP adalah menjaga keselamatan dan kelancaran
perjalanan masyarakat pada salah satu puncak mobilitas terbesar setiap tahun
ini.
Direktur Operasi & Transformasi ASDP, Rio Lasse
menyampaikan bahwa tantangan operasional tahun ini semakin kompleks karena pola
pergerakan masyarakat terus meningkat dan dinamis.
Untuk itu, seluruh pengelolaan operasional harus responsif
dan berbasis data, sehingga keputusan di lapangan berjalan cepat dan terhubung.
“Digitalisasi tiket melalui Ferizy memungkinkan manajemen
arus sejak keberangkatan dari rumah, bukan saat kendaraan tiba di pelabuhan.
Ini kunci untuk menjaga kelancaran dan keselamatan,” ujarnya, Selasa
(25/11/2025).
ASDP memastikan pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait
pembatasan area pembelian tiket agar kendaraan tidak berhenti dan menyebabkan
antrean liar di sekitar pelabuhan. Selain itu, delaying system diperkuat
melalui penyanggahan kendaraan di rest area dan ruas arteri sebelum memasuki
Pelabuhan Merak dan Bakauheni.
Pada lintasan Merak–Bakauheni, ASDP berkoordinasi dengan
KSOP yang berwenang dalam pengoperasian jadwal kapal, dengan mengoperasikan
hingga 47 unit kapal ferry pada masa puncak, yang secara harian mampu menampung
hingga sekitar 25.000 kendaraan pada 7 dermaga.
Dermaga-dermaga utama di lintasan ini juga telah diperkuat,
termasuk pelabuhan tambahan seperti BBJ Bojonegara dan Ciwandan yang disiagakan
sebagai pelengkap selain Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni, guna
memperlancar distribusi arus kendaraan dan logistik.
Sementara itu, di lintasan Ketapang–Gilimanuk, ASDP bersama
regulator menyiapkan antara 28 hingga 33 kapal sesuai kebutuhan lapangan dalam
menghadapi lonjakan Nataru. Kapal-kapal ini melayani penyeberangan aktif antara
Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi dan Pelabuhan Gilimanuk di Bali, dan ditunjang
dengan peningkatan fasilitas dermaga: misalnya penambahan satu dermaga LCM
(Landing Craft Mechanized) di Gilimanuk yang menambah kapasitas hingga sekitar
2.000 kendaraan kecil.
Pada jalur strategis Ketapang–Gilimanuk, ASDP turut
mendukung strategi pemerintah dalam membatasi pergerakan kendaraan barang sumbu
tiga ke atas pada 19 Desember 2025–4 Januari 2026.
Pengaturan prioritas diberikan kepada sepeda motor,
kendaraan kecil, dan bus yang memiliki sensitivitas perjalanan lebih tinggi.
Sejumlah buffer zone di Banyuwangi seperti Terminal Sri Tanjung dan Grand Watu
Dodol, serta area penyangga di Gilimanuk seperti Terminal Kargo, UPPKB Cekik,
Rambut Siwi dan Pengeragoan disiagakan untuk mengendalikan volume kendaraan.
Rio menambahkan, sebagian arus logistik akan dialihkan
menuju Lombok melalui Pelabuhan Jangkar dan Lembar guna mengurangi tekanan arus
darat di Bali, yang selama ini menjadi salah satu titik kepadatan terbesar saat
Nataru. Di sisi lain, SOP keselamatan diperketat menyikapi prediksi cuaca
ekstrem oleh BMKG, khususnya potensi angin kencang dan gelombang tinggi yang
kerap terjadi di wilayah Selat Bali pada akhir tahun.
Pelabuhan Jangkar dan Lembar guna mengurangi tekanan arus
darat di Bali, yang selama ini menjadi salah satu titik kepadatan terbesar saat
Nataru. Di sisi lain, SOP keselamatan diperketat menyikapi prediksi cuaca
ekstrem oleh BMKG, khususnya potensi angin kencang dan gelombang tinggi yang
kerap terjadi di wilayah Selat Bali pada akhir tahun.
Pengamat Transportasi Universitas Soegijapranata, Djoko
Setijowarno, mengapresiasi langkah ASDP dan pemerintah dalam memperkuat
delaying system karena terbukti efektif mengendalikan kepadatan, baik di akses
menuju Bakauheni maupun yang akan diperkuat di jalur menuju Merak dan
Ketapang–Gilimanuk.
Djoko berharap pola yang sama diperkuat di jalur tol Jakarta
menuju Merak, khususnya pada rest area yang menjadi titik kritis kendaraan roda
empat dan angkutan logistik. Ia juga menekankan agar pengaturan arus logistik
dilakukan lebih dinamis ketika pelabuhan pendukung dioperasikan, sehingga
distribusi barang dan pergerakan penumpang dapat tetap berjalan seimbang.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Aan
Suhanan, menegaskan bahwa operasi Nataru harus dikelola secara luar biasa,
bukan sekadar rutinitas tahunan. Pemerintah telah memastikan strategi pelayanan
terdistribusi melalui tiga pelabuhan di Merak dan tiga pelabuhan di Bakauheni,
diperkuat pengawasan keselamatan dan rekayasa lalu lintas untuk mengelola
peningkatan pergerakan masyarakat yang diproyeksi mencapai lebih dari 4 %
dibanding tahun sebelumnya.
Menghadapi tantangan cuaca, lonjakan perjalanan, dan
kebutuhan rantai pasok yang tetap harus berjalan, ASDP memaksimalkan seluruh
sumber daya yang tersedia: kesiapan armada, manajemen SDM, sistem digital
Ferizy, serta monitoring real-time di setiap simpul pergerakan. Koordinasi
lintas instansi terus dilakukan di lapangan untuk memastikan respons cepat saat
terjadi dinamika operasional.
Dengan kesiapan menyeluruh tersebut, ASDP optimistis bahwa
layanan penyeberangan selama Nataru 2026 akan berlangsung aman, lancar, dan
terkendali di seluruh lintasan kunci Sumatera–Jawa–Bali.
“ASDP berdiri di garis terdepan untuk menghadirkan
perjalanan yang selamat dan nyaman bagi masyarakat. Kami terus memperkuat
koordinasi dan pelayanan agar mobilitas publik dan distribusi logistik berjalan
tanpa hambatan,” tutup Rio. (dik)
