DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS
– Ada suasana menarik di Bali International Hospital (BIH) Sanur, Selasa
(16/12/2025). Tidak seperti rumah sakit kebanyakan, di BIH Sanur saat itu,
tidak nampak lalu lalang orang sakit maupun keluarga pasien. Bahkan, yang
terlihat beberapa karya seni dipamerkan.
Ya, G3N Project kembali menghadirkan karya seniman Sherry
Winata yang memaknai seni lukis sebagai proses penyembuhan batin melalui
pameran bertajuk "Healing Art Universe." Pemeran digelar di
Auditorium Lantai II BIH Sanur, mulai Selasa (16/12/2025) hingga lima bulan ke
depan.
Kali ini Sherry Winata memamerkan tujuh karya yang
merepresentasikan perjalanan personal dan spiritual dalam menyelami alam bawah
sadar, kesadaran, hingga kesadaran tinggi manusia. Bagi Sherry Winata, melukis
bukan sekadar aktivitas artistik, melainkan medium untuk mengungkapkan
pengalaman batin yang tak mampu diwakili oleh bahasa.
Karya demi karya Sherry Winata lahir dari keheningan—saat
pikiran mereda dan hati serta jiwa mulai berbicara. Dalam ruang tersebut,
lukisan menjadi pertemuan antara emosi terdalam, luka yang terpendam, dan
pencarian makna hidup.
Melalui praktik meditasi, perjalanan spiritual, serta
eksplorasi emosi selama bertahun-tahun, Sherry Winata memandang kegelapan batin
bukan sebagai musuh, melainkan pesan jiwa yang perlu direngkuh.
"Rasa sakit, duka, kemarahan, dan bayangan diri menjadi
bagian dari proses alkimia batin—di mana luka berubah menjadi kebijaksanaan,
rasa sakit menjadi kekuatan, dan bayangan menjelma keindahan," tutur
Sherry.
Karya Sherry juga terinspirasi dari pemikiran Carl Jung
tentang alam bawah sadar. Melalui warna,
tekstur, dan bentuk, ia menghadirkan hal-hal yang tak terucapkan ke dalam ruang
visual. Karya Sherry juga mewakili emosi yang tak memiliki bahasa, sekaligus
peta jalan pulang menuju jati diri.
Karya seni Sherry Winata memiliki kedalaman makna dan visual
yang kuat, salah satunya karena pilihan material yang tidak sekadar berfungsi
estetis, melainkan simbolis.
Penggunaan batu permata, kristal, mineral, resin dan
material berlapis dalam karya Sherry Winata menjadi metafora perjalanan
batin—tentang luka, bayangan, dan emosi yang diproses hingga menjelma
kejernihan dan cahaya.
Material-material tersebut memantulkan cahaya dengan cara
yang tak pernah sepenuhnya statis, menghadirkan pengalaman visual yang
berubah-ubah sesuai sudut pandang dan pencahayaan, seolah menegaskan bahwa
proses penyembuhan dan kesadaran manusia juga bersifat dinamis.
Dalam pameran Sherry Winata: Healing Art Universe,
keindahan dimaknai bukan sebagai kesempurnaan tanpa cela, melainkan keberanian
untuk menerima seluruh bagian diri apa adanya.
Bgai Sherry Winata seni menjadi ruang aman tanpa
penghakiman, tempat setiap individu diingatkan bahwa dirinya adalah pencipta
semesta batinnya sendiri.
General Manager G3N Project, Andry Ismaya Permadi,
mengatakan telah melakukan berbagai kolaborasi pameran dengan sejumlah seniman,
termasuk beberapa kali dengan Sherry Winata. Uniknya, pameran tidak hanya
digelar di galeri, maupun artfair, tetapi juga di lokasi yang tidak biasa
digunakan pameran seperti Bali International Hospital Sanur saat ini.
Menurut Andry, pameran karya Sherry Winata ini mengajak
publik untuk memandang seni bukan hanya sebagai pengalaman visual, tetapi juga
sebagai proses refleksi, penyembuhan, dan perjalanan menuju keutuhan diri.
Seperti halnya ketika menghadirkan karya mendiang maestro
Made Wianta di BIH Sanur sebelumnya, G3N Project memandang langkah pusat medis
ini menyatukan teknologi kedokteran modern dengan nilai-nilai estetika adalah
sebuah upaya membangun ruang penyembuhan yang utuh.
Direktur Bali International Hospital, Dr. Sheira A, MPH, FISQUA mengatakan, kegiatan ini diharapkan kontinyu sehingga pasien di BIH dapat menikmati karya seni yang dihadirkan termasuk juga para karyawan yang capai, lelah setelah bekerja.
“Kami (rumah sakit ini) berusaha menghadirkan lingkungan
yang menyembuhkan bagi pasien dengan cara apa pun, termasuk melibatkan para
artis menampilkan karya-karyanya,” ujarnya.
Apakah ada korelasi karya seni yang ditampilkan dengan tingkat
kesembuhan pasien, karya seni yang dipamerkan dan dilihat para pasien dapat
menjadi pemicu pasien itu sendiri untuk menjadi sembuh.
BIH melihat dari beberapa kali pengalaman menghadirkan karya
seni, para pasien melihat bahwa di sini (BIH) tidak terasa seperti di rumah
sakit. Memang, lanjut dia, pasien juga menikmati sehingga bisa menurunkan rasa
kekhawatirannya dan lain-lain, dengan menikmati apa yang ada di BIH.
“Di sini (Lantai II) memang paling sering dilalui pasien
rawat jalan dan auditorium ini paling sering ada event juga, ini yang kami manfaatkan,”
ujarnya.
Pameran karya seni Sherry Winata Ini adalah pameran kedua
sejak beroperasinya BIH pada 14 April 2025. Tidak menutup kemungkinan akan ada
pameran berikutnya secara periodik jika memang besar manfaatnya pada pasien. (djo)


